Monday, March 14, 2016

Paradoks Indonesia Jepang, Ada Banyak Alasan untuk Bangga Menjadi Orang Indonesia


Kemarin kerja bakti lagi di Danchi, apartemen subsidi milik pemerintah Jepang yang mayoritas dihuni oleh para lansia. Seperti biasa, diakhir kegiatan ada absen setiap perwakilan unit rumah. Karena kegiatan kerja bakti ini merupakan program wajib. Setelah semua diabsen, pengurus danchi menyampaikan berita bahwa bulan ini ada 3 penghuni yang meninggal dunia. Tidak hanya kami, ternyata sebagian besar tetangga baru tahu berita ini. Hal yang biasa sepertinya. Tapi saya terhenyak, membayangkan kakek/nenek ini sakit sendirian, peristiwa besar sakaratul maut tak ada yang menemani. Sesak rasanya.

Begitulah mayoritas orang Jepang, kalau bisa apapun yang terjadi di rumah, jangan sampai ada tetangga yang tahu. Karena karakter mereka yang begitu tak ingin-nya mengganggu orang lain.
Memang beberapa kali saya melihat ada ambulan yang terparkir, tapi tidak tahu rumah mana yang sedang didatangi petugas kesehatan ini. Ada 70 unit apartemen di gedung ini tapi semua sepi, tidak ada suara ribut-ribut khawatir.


Saya pun mencoba mengingat dan menebak, kakek atau nenek mana yang beberapa hari ini tak terlihat. Memang ada beberapa yang sudah sangat renta, jalan tertatih dengan tongkat sekedar keluar rumah untuk mengecek kotak surat. Atau berpapasan ketika diantar jemput oleh petugas rehabilitasi lansia. Dan sering disore hari menjelang magrib, saat buru-buru pulang, saya melihat mereka duduk sendirian di taman. Dengan tatapan kosong, termenung, menghabiskan waktu.
Lagi lagi sendirian :'(.


Sedih...
Mungkin hal yang biasa disini, semua mandiri.
Bahkan seorang penderita cacat pun didesign oleh pemerintah, sedemikian rupa sehingga bisa hidup sendiri, walau dengan kursi roda. Mantap dan kuat memang pelayanan publiknya. Bahkan di danchi kami, ada unit khusus orang cacat dilantai 1 yang pintu rumah-nya, bisa terbuka dengan tinggal pencet 1 tombol, dan biaya sewa tetap sama. Untuk hal-hal yang tidak bisa mereka lakukan sendiri, akan didatangkan khusus 1 caregiver setiap hari, lagi-lagi free, digaji oleh pemerintah. Beberapa hari dalam seminggu mereka akan dijemput dan diantar pulang kembali oleh petugas dan mobil khusus ke pusat rehabilitasi lansia.

Tapi untuk saya, ada sesuatu yang kosong di sini, yang membuat saya merasa beruntung sekali terlahir sebagai orang Indonesia. Ketika sakit, banyak yang menjenguk, membawakan makanan, minimal menanyakan kabar dan mendoakan dari jauh. Sampai-sampai dokter obgyn yang membantu saya melahirkan, terkesima ketika keluar dari ruang operasi sudah banyak sahabat saya, orang Indonesia yang menunggu di luar :'). Sesuatu yang di Indonesia adalah hal biasa padahal.

Ketika meninggal, jenazah insyaAllah akan diurus oleh kerabat, disholatkan ramai-ramai bahkan kunjungan kerumah/takziah dan ziarah kubur bisa berlanjut berminggu sampai berbulan.
Kerabat dan sahabat yang sedang jauh pun tak jarang sholat ghaib. Begini adalah mayoritas di negri kita.

Dan alhamdulillah sebagai muslim, kita punya kewajiban sholat 5 waktu, sehingga dari kecil tertanam makna waktu magrib sangat berharga sekali, tidak boleh masih berkeliaran di luar. Sholat magrib dan dilanjutkan 'golden time' bersama keluarga.

Kemudian, setiap ada WNI yang meninggal, seluruh orang Indonesia se-Jepang turun tangan.
Kita tahu bahwa untuk mengirim jenazah Jepang-Indonesia biayanya super mahal. Dan masyaAllah dalam hitungan hari, infaq bisa terkumpul hampir selalu melebihi kebutuhan. Masih teringat 1 bulan lalu, ada WNI meninggal, dan istrinya (orang Jepang) terkaget kaget ketika disampaikan bahwa semua biaya sudah tercover. Beliau berkata dengan suara lemah "bagaimana kalian (orang Indonesia) bisa melakukan ini?"

Banyak sekali yang saya kagumi dari negeri matahari terbit ini.
Dan banyak sekali yang perlu negeri khatulistiwa perbaiki.

Tapi tetap, banyak sekali alasan yang membuat saya bangga terlahir sebagai orang Indonesia.
Maju terus Indonesia, harapan itu masih ada :')