Sunday, June 28, 2015

Back For Good


Setelah 4 tahun lebih menetap di Tokyo, Jepang, tibalah saatnya kami sekeluarga harus kembali ke negeri kelahiran. Pastinya tak mudah. Waktu itu datang baru bertiga dan hanya dengan modal keyakinan bahwa akan bisa bertahan di negeri yang huruf tulisan, bahasa, kultur dan musim yang benar benar berbeda. Intinya, dulu modal 'pede aja lah' , lain lain belakangan, hehe.

Ternyata benar kata imam Syafii 'merantaulah, kau kan dapati pengganti dari orang-orang yang kau tinggalkan, kerabat dan kawan'. Baru beberapa hari datang dan belum puas berbengong-bengong ria dengan lingkungan sekitar sudah ada sahabat sesama Indonesia yang datang kerumah, kala itu baru kenal padahal :). Diajak ke pengajian rutin ibu-ibu Ayase dan ikut serta dalam pembentukan TPA Hikari, yang kisahnya bisa dibaca disini. Benar-benar serasa hidup dinegeri sendiri, ternyata di Tokyo, khususnya Ayase orang Indonesianya ramai dan baik-baik. Alhamdulillah.

Sehingga semua urusan menjadi mudah. Ditunjukkan supermarket Belx yang murah meriah, terutama hari selasa (serba 88 yen), diberi banyak kenalan, jadi barang-barang rumah tangga kebanyakan turunan, dibantu mengurus sekolah Fahira, ditemani ketika diawal harus ke klinik dan puncaknya ketika melahirkan Fahri, saya yang panik karena tekanan darah melonjak tinggi dan harus operasi segera, cuma disuruh tenang dan duduk manis, karena yang lain sudah ada yang mengurus, termasuk masalah makanan Fahira dan Abi serta urusan TK. Begitu juga ketika Fahri (ketika usia 1,5 bulan harus dirawat di RS karena insfeksi RSV), doa, bantuan dan kunjungan tak berhenti. Masyaa Allah.

Selain itu Alhamdulillah tak perlu waktu lama, begitu datang ke Jepang langsung dapat kelompok melingkar penstabil jiwa alias tarbiyah :). Kemudian juga  ikut merasakan semangat berorganisasi dan kepanitiaan dengan bergabung di Fahima dan KMII, yang terasa ada yang kurang kalau dalam seminggu tidak ada rapat online, hehe. Masih terbayang serunya persiapan-persiapan untuk acara-acara di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), datang lebih pagi dengan bawaan yang super banyak dan dijalan, dalam kereta atau bus masih sibuk menyimak grup panitia di Line atau whats app. (Untuk sahabat fahima-KMII semoga Allah mudahkan program-program untuk umat selanjutnya). Dan keberuntungan yang lain adalah bisa mendengar langsung tausyiah, taujih dari ustad-ustadzah istimewa yang luas ilmu dan padat agendanya ketika di Indonesia.

-----

Terlalu manis untuk dilupakan, dan menjadi berat untuk ditinggalkan. Itulah yang kami rasakan dibulan dan mingu terakhir sebelum pulang. Semua yang biasa menjadi lebih bermakna, dimulai dari menjadi selalu mellow ketika perjalanan rumah-stasiun, status-status lebay di facebook ;p, memori iphone yang cepat penuh dengan foto-foto  peristiwa dan benda-benda sekitar, dimulai dari foto berbagai sudut rumah, bahkan bunga dipekarangannya >_<, klinik dokter anak langganan, TK dan SD si Kakak, kegiatan Fahira bersama teman-temannya, supermarket dan banyak spot yang lainnya. 

Agenda pun menjadi padat, dimulai dari packing yang tak kunjung selesai, walau sudah dicicil dari 6 bulan sebelumnya (whats? :D). Juga makin banyak kunjungan dan undangan perpisahan untuk kami, baik dari professor, senior dan teman-teman kampus suami, para tetangga Jepang, juga dari sahabat termasuk grup pakistan -smile-, dan kelompok pengajian serta organisasi. Meleleh, begitu banyak perhatian, limpahan kasih sayang, doa-doa yang dipanjatkan juga hadiah-hadiah yang diberikan serta dikirimkan. Padahal, selama ini justru kami lah yang banyak merepotkan ;'(.

Begitu juga dengan kakak Fahira, diakhir-akhir sekolah mendapat momen khusus dari guru, misal ada slot khusus foto bersama sekelas, menjadi pemeran utama saat pelajaran memasak kacang dan beberapa kegiatan lain. fahira juga banyak sekali mendapat surat perpisahan, hadiah dan foto dari Sekolah, tetangga dan teman-teman, baik teman Jepang maupun Indonesia.

Atas izin Allah bantuan selalu datang dari orang-orang pilihan, ketika memindahkan barang-barang besar terasa ringan karena dibantu trio pulmo aksis Hiroshima-Juntendo, duo Ooyata danchi plus duo Romeo Juliet :D. Bahkan di hari H saat harus meninggalkan rumah, (jujur walau sejak menikah kami sangat sering pindah, lebih dari 15 kali kayaknya, proses mengunci pintu terakhir unit 503 ini adalah momen paling berat), tak diduga bala bantuan datang lagi tanpa diminta. Membantu membereskan rumah, tetangga philipine yang bersedia dititipkan sampah yang banyak karena hari itu bukan jadwal membuang sampah, bantuan urusan serah terima kunci sampai mengantarkan ke hotel dekat bandara Narita. Speechless, Semoga Allah membalas kebaikan sahabat semua ;'(. 

Mengutip status facebook Abu Fahri : 

Semua orang-orang baik yang pernah berinteraksi dengan kami, mereka tidak pernah pergi dari hati kami.
Selamanya mereka ada dalam hati kami.
Sungguh kami mohon maaf jika kepergian kami terasa berat buat mereka. Berpisah dengan orang-orang baik itu terasa berat. Amat berat buat kami.
Sungguh, kami boleh saja tergantikan oleh orang-orang yang lebih baik dari kami. Namun percayalah, orang-orang baik ini tidak pernah tergantikan buat kami.

Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah mencintaimu yang telah mencintaiku karena-Nya)


Monday, April 27, 2015

Tas Kremes v.s Tas Kresek



Beberapa waktu lalu saya pernah membaca tulisan Mbak Linda Djalil mengenai fenomena sosialita, dimana lambang kelas sosial dilihat dari suatu merk tas yang berharga sampai ratusan juta. Sebutlah salah satu merk ini dengan 'Kremes'. Ingatan saya melayang ke seorang ibu, yang pernah mampir ke Tokyo dalam rangka menemani suaminya yang di undang sebagai pembicara dalam seminar tentang komunikasi dan informasi di Jepang

Ibu ini bernama Sri Rahayu, istri Menkominfo Bapak Tifatul Sembiring. Ada suatu hal kecil yang bermakna besar untuk saya. Saat ibu Sri diundang oleh komunitas muslimah Tokyo untuk memberi tausyiah/ceramah di rumah salah satu sahabat muslimah. Yaitu, tas 'Kresek'. Saya bukan salah tulis, yang saya maksud benar-benar K.R.E.S.E.K. Bahkan saya masih ingat tulisan di kresek itu, nama salah satu nama supermarket di Tokyo. Dari tas kresek itu, Ibu Sri mengeluarkan barang-barang berharganya, yaitu buku dan iPad/tab. Saya tergugu dan terharu. Seorang istri menteri yang lazimnya tidak bisa diundang sembarangan, apalagi pengajian kecil ini. Seorang istri pejabat, yang mungkin jika menginginkan suatu barang termasuk tas, tinggal sebut merk kemudian dalam hitungan waktu sang ajudan akan segera mengantar.

MasyaAllah, sungguh tergetar sekali hati ini, di belahan sana perempuan Indonesia berlomba lomba koleksi tas-tas mahal bermerk, dimana tas Kremes (yang katanya KW paling murah bisa 19 juta rupiah) menjadi idola. Tapi apa yang saya lihat dari seorang Ibu Sri? Seseorang yang semestinya bisa lolos klasifikasi sosialita dengan mudah. Ternyata sungguh jauh dari kesan itu. Saat pandangan pertama saya mendapatkan tatapan mata nya yang teduh, ramah, murah senyum dan sederhana. Ketika memberi tausyiah, sarat makna dan dalam rasanya. Wawasan ke-Islam-an beliau luas. Dalam memberi pesan atau nasihat selalu mengulang-ulang, "... ini juga untuk mengingatkan saya pribadi..." Sungguh! beliau adalah daiyah sejati.

Tentu bukan bermaksud bahwa Ibu Sri tidak punya tas, tapi lebih kepada makna bahwa tas dan benda lainnya bukanlah sesuatu yang utama. Bukan suatu hal yang jika tidak bersamanya maka hilanglah kepercayaan diri. Bukanlah benda dimana jika tidak ada maka turunlah kelas sosialnya. Karena sesungguhnya semua akan diminta pertanggung-jawabannya. Jangan sampai, nanti di akhirat saat ditanya mengenai si Kremes, Bu'Berry atau Lusipitong (eh kok mirip nama saya? hehe) ini, kita tak mampu menjawab tentang apa manfaat barang-barang tersebut. Kita tak bisa berargumen bahwa benda-benda ini bermanfaat untuk umat, bahwa benda-benda dibeli karena kebutuhan bukan karena yang lain.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah SAW telah bersabda, "Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.'' (HR Muslim).

Letakkanlah dunia diatas tanganmu bukan dihatimu. Menganggap semua hal dan kekayaan di dunia adalah bersifat sementara dan tidak perlu dikejar. Janganlah kita meletakkan dunia di dalam hati yang membuat kita menjadi manusia yang rakus dengan dunia. Kemewahan dan kebendaan menjadi cita-cita tertinggi. Sungguh suatu hal yang sia sia karena hidup kita di dunia hanya sementara, dan saat ajal pun tiba, tas kremes hanya tinggal cerita tanpa faedah.

Semoga Allah selalu merahmati mu Ibu..

*tentang si Kremes bisa dibaca disini link tas kremes 

Tuesday, April 14, 2015

Pengalaman sebagai Visiting Researcher di Atopy Research Center, Juntendo University


Alhamdulillah mendapat kesempatan berharga bisa menjadi visiting researcher selama satu minggu di Atopy Research Center, Departemen Dermatology and Allergology, Juntendo University. Di departemen post graduate ini ada 3 proyek penelitian, yaitu :

1. Clarification of roles of mast cells in the innate immune responses, dibawah supervisi Hiroko Ushio.
2. Mechanisms of allergic sensitization, dengan supervisor Toshiro Takai
3. Functions of antimicrobial (host defense) peptides in the skin immunity, dengan supervisor Francois Niyonsaba. 

Salah satu PhD Student grup Francois, dr. Chanisa meneliti tentang sel keratinosit, sel yang terdapat di epidermis, lapisan luar kulit yang mempunyai peran dalam penyakit dermatitis atopi. Penelitian ini menggunakan “Clean bench” yang memungkinkan setiap kegiatan dalam laboratorium senantiasa dalam keadaan steril dan mendukung terciptanya hasil yang baik.

Saya juga berkesempatan ikut dalam eksperimen grup Takai, yang menggunakan mencit khusus yang harga satu ekor nya mencapai lebih dari 30 juta rupiah. Dan tentu saja karena mencit ini dikembangkan tanpa daya imunitas, prosedurnya sangat mengutamakan faktor kesterilan. Untuk masuk ke ruang mencit, selain mencuci tangan kami harus menggunakan baju plus penutup kepala steril seperti astronot, tak lupa masker kaus kaki dan sandal, lagi-lagi harus steril. Ternyata tidak selesai sampai disitu, kami juga harus melewati satu ruangan tertutup, masuk satu satu, lalu akan ada sumber angin yang akan mengarah kepada badan kita, dan kita harus berputar. Mirip ruangan sensor yang biasa kita lihat di televisi. Prosedur yang dilakukan adalah menilai sensitisasi suatu alergen pada telinga mencit. Berupa perhitungan berapa millimeter penebalan telinga, setelah dipaparkan alergen selama fase tertentu.

Kemudian, sebagai salah satu bagian dari departemen pendidikan kedokteran, selain dibagian research saya juga sempat dua kali mengikuti konferensi klinik, seperti laporan jaga kalau di Indonesia. Jadi membahas kasus penyakit kulit baik di ruang perawatan ataupun IGD. Tentu saja dengan bahasa pengantar full nihon-go yang 80 persen tidak saya mengerti hehe. Yang saya lakukan adalah ketika ada yang presentasi satu kasus, langsung diam-diam searching mencari artikelnya dalam bahasa Inggris, agar bisa sedikit lebih mengikuti diskusi mereka.

Dan rangkaian magang ditutup dengan pemberian sertifikat oleh Professor Shigaku Ikeda, MD, PhD plus kenang-kenangan kaos Juntendo dari Juntendo International Center (JUIC)

Terima kasih Juntendo

with Miss Yanagi, yang sangat membantu proses administrasi
Bersama dermatologist, PhD student dari Thailand

Salah satu menu kantin yang murah meriah

Monday, April 13, 2015

Trick Art Museum Odaiba, Tokyo

Tiket Masuk

Salut dengan ide dan daya imajinasi para pembuat trick art museum ini. Dengan perencanaan matang dan kemampuan seni melukis dinding plus lantai yang mantap, bisa menghasilkan karya yang membuat jika difoto bisa memberi kesan seolah objek latar menjadi nyata atau hidup.

Ada beberapa trik yang saya amati
1. Sudut pengambilan foto, dari satu gambar bisa membuat dua atau lebih hasil yang berbeda.
2. Teknik memutar hasil foto pertama 90 atau 180 derajat, akan memberi efek yang fenomenal.
Posisi asli adalah berbaring disamping gambar, tapi ketika diputar 90 derajat akan membuat foto menjadi lebih hidup
 


3. Teknik pengaturan ruangan seperti cermin, adalah dengan membuat dua ruangan saling terhubung dan diatur sedemikian rupa sehingga mirip dan diberi batas hanya bagian bawah setinggi setengah kaki dan batas atas (atap). Sehingga membuat jika difoto dari satu sudut akan membuat hasil seakan menjadi seperti cermin. Padahal dua ruang ini memang tanpa dinding/kaca pembatas.


4. Pengaturan tata ruang, baik kemiringan lantai juga penggunaan sudut ruangan. 

 
Lantai miring, bagian kanan lebih rendah. Jika difoto dari luar ruangan akan membuat efek objek sebelah kiri menjadi lebih besar 
Berdiri diujung cermin, dengan tangan-kaki kanan diangkat 
5. Pemilihan tema lukisan, akan membuat hasil yang spektakuler
a. Tema mistis

 



Aslinya, si bapak masuk kedalam kotak yang bagian depannya dilukis sedemikian rupa menjadi mirip dinding belakang
b. Tema-tema 3 D lainnya

Lukisan dengan aktivitas jari, seakan menarik baju saya :)

Seakan meng-angkat tandu

Ini adalah favorit saya, seakan berdiri dalam gentong kayu :)
Terperangah bersama sahabat :p


Seru seru kan? :)

Sunday, April 5, 2015

Menikmati Kehangatan Sakura Dari Sudut Yang Berbeda


Sakura selalu menghangatkan. Dicintai oleh semua kalangan, tak hanya warga asing, penduduk Jepang pun sangat menanti si cherry blossom ini mekar sempurna. Hal yang sering dilakukan bersamaan dengan munculnya bunga ini adalah acara 'hanami', suatu ajang kumpul-kumpul di bawah pohon yang sedang penuh bunga sambil bercanda dan makan bersama. Hanami biasanya dilakukan disaat hari libur atau akhir pekan.

Hari ini saya secara tak sengaja berhasil mengamati berbagai lapisan kehidupan, berbagai kelompok umur yang menikmati bunga cantik ini dihari kerja.
Aktivitas dimulai dengan para pekerja, disela langkah kaki yang terburu waktu dipagi hari menuju stasiun atau tempat kerja. Kebanyakan masih menyempatkan untuk berhenti sebentar, mengambil foto sakura terbaik dengan telpon genggam masing masing. Entahlah, untuk koleksi pribadi atau akan dishare bersama teman di media sosial yang sedang hangat dimasa ini.

Anak-anak hoikuen (daycare) akan diajak jalan-jalan ke taman oleh para sensei. Berjalan beriringan dengan sesekali terdengar arahan sensei dan celotehan khas anak-anak. Yang berumur 2 tahun kebawah akan dibawa bersama dalam sejenis keranjang yang bisa didorong, ada yang sampai tertidur sambil berdiri ^^. Anak yang lebih besar akan berjalan kaki ramai-ramai dengan berpegangan tangan. Atau berpegangan dengan tali khusus yang hulu-nya dipegang oleh sensei (gambar dibawah). Lucu, tapi tertib. Dan ketika sampai di taman, mereka akan diberi kesempatan berlarian, bermain, sambil memungut kelopak sakura yang gugur kala tertiup angin. tak jarang mereka melaporkan ke sensei apa yang mereka dapat, entah itu bunga, ranting, daun berbentuk unik bahkan serangga, o iya mereka diajarkan dari kecil untuk tidak takut pada serangga, tentu saja yang tidak berbahaya.

Batita hoikuen yang baru pulang dari taman, ada yang tertidur :)
Berjalan sambil berpegangan pada tali dengan tertib
Kebetulan, sakura mangkai (full bloom) bersamaan dengan haru yasumi (libur musim semi) atau liburan kenaikan kelas. Sehingga anak-anak usia sekolah pun banyak yang menghabiskan waktunya di taman bersama teman-teman. Bermain, mengobrol dan makan bentou (bekal makan siang) bersama di bawah sakura. Semua bergembira.

Ada juga kelompok ibu-ibu dengan balita. Dan juga kelompok paruh baya sendiri atau berdua. Tak jarang ada kakek/nenek yang masih bisa mandiri, duduk sendiri di kursi yang disediakan. Atau ikut serta dalam barisan fotografer sambil membawa kamera DSLR yang keren, berlomba-lomba mengambil foto-foto dengan momen terbaik. Semua keluar rumah, tak mau kehilangan momen menikmati hangatnya sakura.

Dan saya  beruntung, jalan jalan kali ini saya bisa mendapat 2 momen khusus. Yang pertama adalah momen ketika rombongan bapak/ibu yang berkebutuhan khusus (kebanyakan penyandang sindrom down) dengan wajah cerah diajak berjalan-jalan oleh petugas dari kelurahan. Warga yang lain biasa saja, tidak ada yang berbeda. Ah iya, keindahan sakura pun milik mereka :)

rombongan dewasa berkebutuhan khusus
Momen kedua yang mebuat saya tak berhenti berdecak kagum. Ketika 1 mobil berhenti di dekat saya, dan turunlah para nenek, yang cukup renta.Tebakan saya semua dengan kisaran umur lebih 80 tahun. Ada yang masih bisa berjalan, tertatih dengan bantuan tongkat, dan ada yang sudah duduk di kursi roda. Untuk naik atau turun dari mobil, nenek tidak perlu turun dari kursi rodanya, karena mobil ini dirancang khusus sehingga bisa menurunkan kursi roda langsung, tanpa perlu diangkat-angkat. keren!.
Mobil khusus
Kegiatan diawali dengan foto bersama dengan latar bunga, kemudian diajak jalan-jalan santai, berkeliling taman bunga oleh petugas dengan perbandingan lansia:petugas, satu berbanding satu.
Lembut sekali para caregiver ini melayani, memegang tangan, wajah selalu tersenyum, sembari mengajak bercerita mengenai cerahnya hari ini dan cantiknya bunga yang berwarna warni. Dan para nenek pun tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih. Aaahh cerahnya wajah mereka. 
Ketika saya berpindah tempat, berpapasan lagi dengan 1 rombongan lansia lainnya, dengan kekhasan yang sama. Damainya..
Persiapan foto bersama
kelembutan para caregiver

Dan saya berharap diberi kesempatan kembali merasakan kehangatan sakura dan para penikmatnya ini lagi nanti, disuatu hari.

#menjelang 2 bulan back for good

Yang akan dirindukan




Thursday, March 12, 2015

Ketika Merokok (terus) Menggerogoti Keluarga Indonesia melalui Kanker Paru

Sumarno, 45 tahun, tidak pernah menyangka bahwa dirinya suatu saat akan berakhir dengan salah satu kanker paling mematikan: kanker paru. Dirinya memang pernah merokok sewaktu remaja, mungkin dimulai umur 15 tahun, namun berhenti merokok umur 35 tahun. Dan hanya enam batang perhari, pikirnya. Enam batang yang kemudian merubah perjalanan hidupnya. Selamanya.
Pak Sumarno hanya sebuah kasus dari jutaan kasus penderita kanker paru seluruh dunia. Indonesia mungkin masih dibebani dengan kematian akibat serangan jantung dan stroke sebagai peringkat pertama dan kedua. Namun Jepang sebagai negara maju yang berhasil mengontrol faktor risiko penyakit jantung dan stroke kini dihadapkan dengan kanker sebagai penyebab kematian nomor satu. Dari semua jenis kanker, kanker paru-lah yang paling banyak membunuh warga negara yang terkenal kedisiplinannya itu. Profil angka kematian inilah yang mulai menghantui Indonesia. Bahwa sebetulnya kita sedang bergerak menuju arah yang sama dengan Jepang: ketika sudah berhasil mengendalikan penyakit jantung dan stroke, malah kanker paru muncul berikutnya. Apa sebenarnya yang terjadi?

Mari kita kupas faktor risiko yang paling nyata ada di lingkungan kita: rokok.

Kita sama-sama mengetahui bahwa merokok itu adalah salah satu faktor yang paling jelas buktinya sebagai penyebab kanker rokok. Didapati bahwa status merokok itu belum cukup detail untuk menggolongan dia berisiko atau tidak, karena ada yang namanya Indeks Brinkmann (IB). Indeks Brinkman itu adalah hasil perkalian antara durasi merokok dalam tahun dikalikan dengan jumlah batang per hari. Jadi kalau misalnya Pak Sumarno merokok selama sepuluh tahun dan jumlah batang rokok perhari rata-rata 12 batang, maka Indeks Brinkman Pak Sumarno adalah 6 x 20 = 120. Setelah kita dapatkan Indeks Brigman ini berikutnya kita klasifikasikan apakah Pak Sumarno risiko ringan, sedang atau berat. Dikatakan IB ringan kalau dibawah 200, IB sedang jika diantara 200 sampai 600 dan IB berat jika diatas 600. Maka kini kita ketahui bahwa sebetulnya Pak Sumarno ini risiko ringan karena dibawah 200 (yaitu 120). Lalu mengapa kemudian dia terkena kanker paru? Ada beberapa penjelasan.
Pertama. Ternyata durasi merokok (dalam tahun) tidak sama kontribusinya dengan jumlah batang perhari. Sekiranya Pak Sumarno merokok 12 batang perhari selama 10 tahun dibandingkan 6 batang perhari selama 20 tahun, maka IB-nya sama-sama 120. Namun ternyata tidak sama. Lebih berat risikonya kalau merokok lebih lama. Artinya adalah, merokok lebih lama itu lebih berbahaya dibanding merokok lebih banyak. Dan tentu saja tidak merokok sama sekali, lebih aman. Pak Sumarno mungkin berpikir bahwa dia hanya merokok enam batang. Namun dia luput dua hal: dia merokok selama 20 tahun dan memulainya umur remaja.

Kedua. Jika seorang memulai merokok umur 40 tahun dan yang lainnya mulai merokok umur 15 tahun, mana yang lebih berisiko? Jelas lebih berisiko memulai merokok umur remaja. Demikian beratnya risiko terpajan asap rokok pada umur muda, kita mulai banyak mendapatkan kasus kanker rokok yang pasiennya menyangkal merokok namun ternyata ketika kecil dulu sering satu ruangan dengan ayahnya yang merokok. Atau bahkan sering ketika masih bayi, digendong ayah dengan baju penuh bekas bau rokok. Semakin muda memulai merokok atau terpajan asap rokok, semakin tinggi risiko kanker paru. Berbagai literatur kedokteran paru telah menyebutkan dengan jelas bahwa inilah salah kejahatan kemanusiaan paling terselubung saat ini: mengajak generasi muda untuk merokok. Celakanya, kita saksikan bersama betapa gencarnya industri rokok membidik generasi muda sebagai pasar utama melalui iklan dan sponsor yang masif karena pelanggan-pelanggan dewasa yang berumur sudah mulai banyak yang ‘insyaf’ dan meninggalkan merokok.

Kemudian ada beberapa subfaktor lain terkait rokok sebagai faktor risiko kanker paru, antara lain seberapa dalam menghisap rokoknya dan apakah rokoknya dengan rokok kretek atau rokok filter. Kita menghisap rokok dalam-dalam atau menghisap biasa saja sebetulnya tidak jauh beda dalam menyumbang risiko kanker paru. Kedalaman menghisap ini hubungannya dengan jenis kanker paru yang diderita. Menghisap ‘dalam’ berhubungan dengan kanker paru jenis adenokarsinoma, sedangkan menghisap ‘tidak dalam’ berhubungan dengan kanker paru jenis karsinoma sel skuamosa. Bagi penderita keluhannya tidak jauh berbeda, sama-sama bisa menyebabkan batuk, sesak, dengan usia harapan hidup lima tahun yang rendah. Adapun peran filter kini mulai banyak diperdebatkan para ahli apakah mampu atau tidak mengurangi risiko konsentrasi tar dalam saluran napas.

Fenomena yang saat ini mengusik hati nurani praktisi kesehatan adalah meningkatnya insiden kanker paru pada bukan merokok. Kanker paru pada bukan perokok, bagaimana bisa? Sebetulnya terdengarnya ‘bukan perokok’ tapi bisa ditafsirkan sebagai terpajan rokok tanpa sadar.

Atas nama profesionalitas dan kemanusiaan, ketika praktisi kesehatan berhadapan dengan kasus kanker paru pada pasien perokok, maka pelayanan terbaik akan tetap diberikan secara professional. Pasien seperti ini memiliki kanker paru karena dalam tanda kutip, dia sudah memilih risikonya secara sadar. Dalam hidupnya pastilah pernah bertemu dengan peringatan ‘ancaman kanker paru, penyakit jantung, kelainan kongenital janin’ dan sebagainya. Dan tetap merokok. Tetap memilih risiko kanker paru.
Namun perasaan simpati (bukan hanya empati) akan ikut terlibat ketika melayani pasien kanker paru pada bukan perokok. Bahwa sebetulnya dia sudah paham risiko dan memilih untuk menghindari risiko. Namun biasanya ada cerita lain dibalik status ‘bukan perokok.’ Apa itu? Ternyata pasien tersebut istrinya atau anaknya seorang perokok berat. Ini yang menimbulkan kekhawatiran kita semua. Bahwa golongan pasien seperti ini sudah memperingatkan suaminya untuk tidak merokok, apalagi jika mengancam kesehatan anak-anaknya. Jadi sudah ada effort aktif untuk mengeliminasi rokok dari rumahnya. Untuk golongan seperti ini masih ada keadilan dari Allah SWT. Bahwa ternyata kanker paru pada bukan perokok, memiliki beberapa karakteristik yang menyebabkan kanker parunya tidak membunuh pasiennya lebih cepat. Antara lain terdapat mutasi somatic pada Epidermal Growth Factor Receptoryang membuatnya berespon baik dengan pemberian obat Receptor Kinase Inhibitor seperti Gefitinib atau Erlotinib. Adapun golongan kanker paru pada perokok, tidak berespon dengan obat ini dan kanker parunya lebih mematikan. Dokter anda mungkin menyebutnya prognosis buruk.

Keseluruhan narasi inilah yang kemudian menjelaskan mengapa walau kita turut berduka atas vonis kanker paru Pak Sumarno, namun alarm kewaspadaan tetap harus berbunyi memperingatkan kita: Selamatkan Istri dan Anak-anak Perokok.

Dr Fariz Nurwidya, peneliti kesehatan respirasi di Juntendo University, Tokyo
NB: Artikel ini telah dimuat dalam Majalah Dokter Kita edisi Januari 2011

Wednesday, March 11, 2015

Fakta Menarik tentang Kanker

Kanker itu punya beberapa fakta menarik.

Pertama. Individu dalam populasi suatu kanker tidak seragam. Bahkan sangat beragam. Semua punya karakter yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh cepat. Ada yang membelahnya tidak terburu-buru. Agak santai. Namun ada juga yang selalu ‘tidur’. Perbedaan karakter individu ini karena mereka didesain untuk tugas yang berbeda. Subhanallah. Mari kita lihat satu persatu.

Ada yang tugasnya menjaga hubungan baik dengan kekebalan tubuh. Kita paham bahwa kekebalan tubuh ini seharusnya mengenali sel kanker pada masa awal pertumbuhannya. Iyadonk. Karena sel tumor itu dindingnya saja sudah berbeda dibanding sel normal, jadi seharusnya sudah dikenali imunitas tubuh. Tapi strategi kanker ini luar biasa. Mereka seolah paham bahwa untuk kanker bisa tumbuh ‘selamat’, mereka cuma punya dua pilihan: menjadi ‘tampak’ normal; atau menjaga hubungan baik dengan sistem kekebalan tubuh. Kadang kanker-kanker ini mengambil kedua jalan tersebut.

Kemudian ada unit khusus dari populasi kanker yang kerjanya melakukan survei ke organ-organ lain yang agak jauh sebelum metastasis yang sebenarnya. Semacam tim advance. Apa tujuannya? Biasanya kalau orang tua yang ingin mengirim anaknya sekolah SMA/S1 ke luar negeri, mereka ingin memastikan bagaimana lingkungan anaknya kelak, kondisi sekolah, sampai biaya hidup. Tidak sembarangan main lepas anak tanpa informasi tempat bernaung kelak bukan?  Persis itulah yang dilakukan kanker. Kanker itu selalu menganggap metastasis itu proyek yang tidak boleh gagal. Untuk itu persiapan sangat mendetail. ‘Tim survei’ kecil-kecilan ini akan pergi pertama kali menuju organ sasaran, sebut misalnya organ hati. Disana mereka berinteraksi dengan jaringan hati, beramah-tamah dengan imunitas lokal di hati. Hasilnya mengagumkan: ketika metastasis benar-benar terjadi, sel kanker di organ hati ini bukan hanya diterima kedatangannya (baca:didiamkan imunitas lokal), namun juga diberi makan. Kalau perlu jatah makanan penduduk lokal dialihkan untuk tamu yang tidak diundang ini. Kata kunci untuk fenomena ini adalah epithelial-mesenchymal transition (EMT).

Kita dulu menyangka subpopulasi sel kanker yang tumbuh cepat itu paling berbahaya. Ternyata tidak demikian. Unit kanker yang selalu ngantuk dan lambat tumbuhnya itu justru memainkan peranannya ketika kanker menerima obat antikanker. Apa peranannya? Detik pertama ketika obat antikanker menghampiri keluarga besar kanker, yang dibunuh pertama adalah populasi kanker yang tumbuhnya cepat, gesit dan membentuk ‘bulk’ (massa). Jadi yang sebetulnya mati adalah populasi rata-rata. Istilah kata, rakyat kebanyakan. Bukan populasi yang ngantuk tadi. Si ‘ngantuk’ yang kini berubah jadi pahlawan bagi kanker. Padahal jumlahnya hanya 0,3 persen dari seluruh populasi kanker. Kenapa dia ngantuk? Karena energinya habis untuk menjaga informasi genetik suatu kanker. Menyerupai stem cell (sel punca). Informasi genetik ini sangat berharga untuk kelangsungan hidup kanker dikemudian hari. 

Kata kunci paragraf yang ini adalah cancer stem cell (CSC).
Jadi ketika populasi kanker banyak yang mati oleh kemoterapi, maka si ngantuk ini kemudian bangun. Dari awal sebetulnya memang sudah kebal terhadap berbagai kemoterapi. Setelah bangun, kemudian membelah diri dan membangun generasi baru yang berbeda dengan generasi kanker terdahulu yang telah mati. New generation. Membentuk populasi kanker lagi.  Inilah salah satu penjelasan mengapa pasien-pasien kanker yang nampak berespon baik terhadap kemoterapi, kemudian kambuh kembali beberapa bulan atau tahun kemudian. Kalau yang ini sebut saja resistensi kemoterapi.

Keseluruhan fenomena ini masih membingungkan. Bahkan bagi peneliti-peneliti di Harvard.
Jadi kalau dulu George W Bush  pernah menyebut Iran, Venezuela dan Korea Utara sebagai Axis of Evil, maka kini Dr Jeff Settlemen (bosnya Dr Fumiyuki Takahashi dulu di Harvard) menyebut EMT, CSC dan resistensi kemoterapi sebagai Axis of Evil in the war against cancer.  

Menghadapi Ancaman Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Tak banyak masyarakat yang kenal betul dengan nama penyakit yang satu ini. Pamornya mungkin kalah dengan asma atau pun tuberkulosis yang sama-sama golongan penyakit pernafasan. Padahal angka kejadiannya tinggi dan diperkirakan akan semakin bertambah banyak. Dia bahkan telah mengintai kita semua.

Memahami Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) bukan suatu nama penyakit tunggal. Namun PPOK adalah istilah yang menghimpun berbagai penyakit paru kronik yang menyebabkan keterbatasan aliran udara dalam paru. Istilah yang dahulu telah popular seperti ‘bronkitis kronik’ dan ‘emfisema’ tidak lagi digunakan karena sudah masuk dalam diagnosis PPOK. Yang sebetulnya terjadi pada paru PPOK adalah pembatasan aliran udara permanen dalam saluran napas.
Gejala PPOK yang paling umum adalah sesak napas (breathlessness), produksi sputum (dahak) yang banyak dan batuk kronik. Batuk kronik dan produksi sputum sering mendahului keterbatasan aliran udara dalam saluran napas, namun tidak semua individu yang batuk dan berdahak banyak akan menjadi PPOK. PPOK harus dikenal bukan hanya sebagai ‘batuknya perokok’, namun juga sebagai penyakit yang under-diagnose, dan penyakit paru yang bisa berakhir dengan kematian.

Jumlah Kasus
Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), 80 juta orang menderita PPOK derajat sedang sampai berat. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2005 di seluruh dunia. Angka ini menyumbang 5 persen semua penyebab kematian secara global. Namun, mayoritas informasi yang tersedia tentang prevalensi, angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) berasal dari negara high-income. Padahal, hampir 90 persen kematian akibat PPOK muncul di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Jika tidak ada perubahan berarti dalam kebijakan pengendalian rokok, maka PPOK ini akan secara dramatis naik peringkat menjadi rangking 3 sebagai pembunuh manusia pada tahun 2030.
Dulu kita mendapati PPOK ini lebih umum terjadi pada pria. Kini, karena peningkatan perilaku merokok pada perempuan di negara high-income dan peningkatan pajanan polusiindoor (seperti asap pembakaran ketika memasak di dapur) pada perempuan negara berkembang, PPOK menimpa nyaris sama antara pria dan perempuan.

Mendeteksi PPOK pun Butuh Usaha
Jika anda memiliki gejala batuk disertai dahak yang banyak dan juga sesak (sulit bernapas atau butuh usaha lebih untuk bernapas) disertai riwayat terpajan dengan asap rokok atau polusi lain, maka yang perlu anda lakukan berikutnya adalah melakukan pemeriksaan spirometri. Alat spirometri umumnya tersedia di berbagai rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta dan juga klinik dokter spesialis paru dan pernapasan.  Berbeda dengan alat rekam jantung, dikenal dengan nama elektrokardiografi, pemeriksaan spirometri ini sangat tergantung dengan pemahaman dan usaha kita sebagai pasien. Karena tarik napas dan buang napas itu berada dalam kontrol sadar kita. Secara sederhana, yang paling dibutuhkan bagi alat spirometri adalah aliran napas kita dari titik paru saat paling mengembang ke titik paru dimana kita tidak bisa membuang napas lagi. Akan ada maneuver-manuver lain sehubungan dengan pemeriksaan spirometri ini, namun yang penting adalah kita harus mengerti sejelas-jelasnya instruksi pemeriksa sebelum memulai pemeriksaan spirometri. Karena kalau sudah tarik napas dan buang napas berkali-kali dan ternyata keliru, akan sangat tidak efisien karena berarti harus mengulang pemeriksaan pada waktu lain.
Fakta yang unik tentang PPOK ini adalah perbedaan antara keluhan yang dirasa pasien dengan keadaan yang sebenarnya terjadi pada paru. Pasien mungkin akan mengatakan bahwa dia ‘susah bernapas’ yang berarti ‘sulit mengambil napas’. Padahal yang sebenarnya terjadi pada parunya adalah saluran napasnya membengkak sehingga mengurangi aliran udara, terutama aliran udara keluar (ekspirasi). Akibatnya udara ‘terjebak’ dalam paru dan tidak bisa keluar. Padahal udara yang terjebak ini oksigennya sudah diambil oleh tubuh jadi sudah saatnya dikeluarkan untuk diganti udara yang tinggi kadar oksigennya. Namun udara itu tidak bisa keluar. Organ paru mungkin akan mengatakan ‘tidak bisa buang napas’, walaupun pasien bilang, ‘tidak bisa ambil napas’.

Ketika Serangan Itu Datang
Salah satu pengalaman paling mengerikan bagi penderita PPOK adalah ketika ‘kambuh’. Istilah yang akan digunakan dokter anda adalah ‘eksaserbasi’. Eksaserbasi itu tidak hanya mengerikan bagi pasien, namun juga membawa pesan serius bagi dokter bahwa arah perjalanan penyakit PPOK pasiennya telah berubah. Berubah bagaimana? Salah satu akibat terpenting dari tiap kejadian eksaserbasi adalah tentang fungsi paru.
Fungsi paru yang baik itu adalah ketika paru sudah dalam keadaan tarik napas (inspirasi) maksimal, lalu mampu mengeluarkan udara sebanyak mungkin secepat mungkin. Makin banyak udara yang mampu yang dikeluarkan, makin baik. Lebih cepat, juga lebih baik. Makin sedikit udara yang tertinggal dalam paru, makin baik fungsi paru. Begitulah yang dikatakan hasil spirometri.
Setiap yang namanya eksaserbasi itu kalau sudah mereda, maka fungsi parunya tidak akan sama lagi. Eksaserbasi itu selalu mengurangi fungsi paru. Artinya, semakin sering eksaserbasi, semakin cepat fungsi parunya terkikis. Kalau fungsi paru cepat berkurang dan tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh, bahkan saat beristirahat, maka penderita tidak lama akan masuk dalam keadaan gagal napas.
Target pengobatan yang ada sekarang adalah bagaimana mempertahankan fungsi paru dan menjarangkan eksaserbasi. Misalnya jika tanpa diobati, frekuensi eksaserbasi bisa 2 bulan sekali. Namun setelah rajin kontrol targetnya jadi eksaserbasi 2 tahun sekali.
Bagaimanapun, fakta yang harus diterima oleh pasien PPOK adalah, PPOK itu tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan. Agar kemudian penderita bisa hidup ‘berdamai’ dengan PPOK dalam parunya.

Fariz Nurwidya 
Majalah Dokter Kita edisi Desember 2011

Strategi Menghilangkan Rokok di Indonesia

Sudah banyak sekali data dan fakta bertebaran menghiasi berbagai media mengenai angka kesakitan dan kematian akibat rokok di Indonesia dan berbagai negara lain. Kita sama-sama sudah dalam posisi menentang rokok. Maka kini mari kita simak bersama berbagai kemungkinan kebijakan pengendalian rokok dimasa depan.
  1. Pencantuman gambar-gambar kanker dan kelainan janin harus dicantumkan pada bungkus rokok dengan segera. Langkah ini sudah dijalankan pemerintah Singapura dan memberi hasil yang memuaskan pada jumlah perokok di negara tersebut. Penggunaaan kalimat nasihat di bungkus rokok saja tidak cukup memberi informasi. Perokok masih bisa merokok tanpa melihat jelas apa dampak, misalnya, 20 tahun kedepan.
  2. Iklan rokok hanya boleh menggunakan pasien-pasien yang sedang kemoterapi karena kanker akibat rokok. Pasien-pasien yang radioterapi atau baru menjalani pembedahan juga bisa dipertimbangkan. Perusahaan pengiklan tidak boleh menggunakan model iklan yang sehat. Kalau perlu, hanya artis sakit karena rokok-lah yang boleh jadi iklan rokok.  Jadi, mengiklankan rokok sebisa mungkin menghindari unsur ‘entertainment’. Dua strategi pertama ini bisa kita kategorikan sebagai ‘tampilkan apa adanya’.
  3. Warga negara yang ingin membeli rokok terlebih dahulu harus menandatangani surat yang disebut informed consent. Surat ini seperti halnya surat yang ditanda-tangani pasien sebelum menjalani pengobatan atau tidakakan pembedahan di rumah sakit.Informed consent pada warga yang ingin merokok intinya berbunyi pernyataan:
3.1. ‘Saya sudah memahami semua akibat yang ditimbulkan oleh rokok, antara lain pemendekkan usia, penyakit jantung, kanker, dan kelainan janin pada orang-orang terdekat saya
3.2. ‘Saya menjamin ketersediaan sandang, pangan papan keluarga saya tidak terpengaruhi oleh pembelian rokok. Terutama saya menjamin susu dan pendidikan bagi anak-anak saya.”
3.3. ‘Saya siap menghadapi semua penyakit dan kerugian material dan immaterial akibat rokok’
3.4. ‘Saya tidak akan menuntut siapapun atas penyakit yang akan saya derita akibat rokok’
3.5. ‘Saya tidak akan menggunakan jaminan pemeliharaan kesehatan yang disediakan pemerintah untuk warga miskin’
Penggunaan informed consent ini kita sebut sebagai tanggung jawab.

4. Penjual rokok harus mendapat penyuluhan mengenai kemungkinan usaha dagang yang lainnya.  Termasuk bekerja sama dengan pihak perbankan untuk kemudahan pemberian kredit bagi pedagang rokok yang ingin beralih ke komoditas perdagangan lainnya.

5. Pemerintah daerah tentunya sudah mengetahui jumlah petani tembakau di daerahnya. Yang bisa dilakukan dinas pertanian setempat misalnya secara rutin mendatangi petani-petani tembakau agar mengajak dan menyuluh mereka sehingga bisa memahami bertani komoditas lainnya. Jika sudah ada contoh mantan petani tembakau yang sukses beralih pada komoditas pertanian lain akan makin meningkatkan kesadaran dan semangat para petani tembakau lainnya untuk segera meninggalkan bertani tembakau. Sebetulnya, selama ini kita lihat petani-petani tembakau itu selalu dalam keadaan miskin. Mungkin karena tidak ada berkahnya dengan menanam tembakau. Saatnya mereka memberbaiki kesejahteraan hidup dengan menanam komoditas yang tinggi protein dan tinggi nutrisinya.

6. Pendekatan dengan perusahaan-perusahaan kopi, coklat, teh, kelapa sawit, industri makanan, bahkan juga industri bumbu. Apa yang perlu dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan ini? Adalah penting untuk mempersiapkan industri-industri ini untuk bisa memberi kesempatan bekerja bagi buruh-buruh pabrik rokok yang ingin bekerja dengan pabrik non-rokok ini. Industri rokok selama ini kita dengar sering berdalih bahwa penutupan pabrik rokok akan berimbas pada hilangnya nafkah pada ribuan buruh-buruh pabrik rokok. Dalih industri rokok ini selain mengandung banyak unsur manipulasinya, juga mudah sekali dijawab. Salah satunya dengan penerimaan, misalnya, industri makanan terhadap buruh pabrik rokok. Langkah ini baiknya dijalankan 5 tahun sebelum pemerintah bisa menutup sama sekali pabrik rokok. Pentahapan itu penting. Inilah kunci sukses langkah nomor 4 sampai nomor 6, yaitu ‘insentif ekonomi’.

7. Penambahan elemen ‘tidak merokok’ di iklan pembukaan lowongan pekerjaan. Diharapkan syarat ‘tidak merokok’ bisa menjadi penambah semangat bagi pencari kerja yang sedang ingin berhenti merokok. Lebih lanjut, dalam mempromosikan karyawan, kriteria ‘tidak merokok’ dapat digunakan untuk proses penilaian. Perusahaan diharapkan dapat memberi penghargaan kecil-kecilan bagi staf yang tidak merokok. Ini nantinya bisa membentuk mind-set bahwa yang namanya tidak merokok itu adalah prestasi. Nomor 7 ini bisa kita sebut sebagai ‘insentif karir’.

8. Alokasi cukai tembakau untuk dana iklan layanan kesehatan anti rokok. Ini penting karena kita berhadapan dengan iklan rokok yang didukung oleh modal-modal besar. Makin besar penjualan rokok harus diiringi oleh peningkatan iklan layanan masyarakat bertajuk antirokok. Kita bisa membentuk ‘rem’ yang menahan laju penggunaan rokok. Kita bisa kategorikan ini sebagai ‘insentif iklan’.

Kita mungkin tabu dengan konsep bahwa perokok itu adalah warga negara yang ‘unik’. Apa yang ‘unik’? Perokok itu unik karena ketika sehat, secara sadar dia menjemput semua risiko buruk bagi dirinya dan orang-orang terdekatnya. Lalu ketika risiko itu benar-benar terjadi, dipastikan menyesal telah merokok. Nyaris mustahil kita temui penderita kanker paru yang mengatakan, “saya tidak menyesal karena telah merokok.”. Jadi hampir 100 persen pasien yang pernah merokok pasti menyesal pernah merokok.
Karena keunikannya itu, kita harus mulai memperkenalkan konsep warga negara yang ‘unik’. Disebabkan berstatus penduduk ‘unik’, patutlah dipertimbangkan hak yang ‘unik’ pula, seperti contoh-contoh yang telah disebutkan diatas, antara lain, pengurangan kesempatan bekerja dan pengurangan kesempatan mendapat jaminan kesehatan pemerintah untuk warga miskin.
Kita jangan membatasi kreativitas berpikir kita mengenai kemungkinan-kemungkinan strategi menghilangkan tembakau dari bumi Nusantara. Agar suatu saat kita bisa memiliki ‘Indonesia Bebas dari Rokok’. Segala kemungkinan itu harus dipikirkan, didiskusikan, untuk kemudian dicari jalan penerapan di lapangan. Persis seperti yang dilakukan industri rokok untuk meningkatkan penjualan rokok di Indonesia.
Maka kini kita memahami beberapa kunci baru eliminasi rokok di Indonesia: ‘tampilkan apa adanya’, tanggung jawab, insentif ekonomi, insentif karir dan insentif iklan.

Fariz Nurwidya
(Majalah Dokter Kita, edisi Januari 2012)

Monday, March 9, 2015

Penanganan Luka di Rumah

Terkadang kecelakaan kecil bahkan besar tanpa sengaja bisa terjadi dimana saja, termasuk di rumah. Terutama pada anak-anak yang belum terlalu paham dengan bahaya. Oleh karenanya sebagai orang tua, penting sekali kita mengetahui langkah-langkah pertolongan pertama pada kejadian luka ini. Prinsip utama pertolongan pertama adalah jangan menambah berat luka karena tindakan kita yang keliru walau niat kita menolong. Karena sering sekali tim medis menemukan terapi-terapi yang dilakukan oleh orang tua yang malah membuat luka menjadi semakin berat, sehingga terapi lebih susah. Misalnya pemberian bubuk kopi pada luka terbuka atau pasta gigi pada luka bakar, memijat-mijat luka tertutup, dan banyak yang lainnya.
Luka atau cedera adalah terjadinya kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Luka sifatnya bisa terbuka dan juga bisa tertutup. Pada luka terbuka dapat terlihat keluarnya darah sedang pada luka tertutup tidak. Luka tertutup misalnya luka memar, lebam atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘benjol’. Walau tidak ada darah yang keluar, sebenarnya di dalam kulit ada kerusakan struktur jaringan tubuh atau ada pembuluh darah pecah dan terakumulasi di dalam jaringan bawah kulit.

Luka terbuka
Ketika terluka ada tiga jenis pembuluh darah yang kemungkinan rusak atau terpotong, yaitu :
1. Pembuluh darah nadi atau arteri, ditandai dengan darah yang warnanya lebih terang dan alirannya memancar, berdenyut sesuai denyut nadi pada bagian yang terluka. Jika yang terkena adalah pembuluh arteri besar, bisa membahayakan nyawa.
2. Pembuluh darah balik atau vena, ditandai dengan darah berwarna agak gelap dan keluarnya mengalir secara spontan.
3. Pembuluh kapiler, ciri khasnya adalah darah yang keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena. Contohnya adalah luka gores.
Penanganan luka terbuka
1. Dengan menggunakan sapu tangan atau kain tebal yang bersih, tekan daerah luka dengan perlahan tapi cukup kuat. Tindakan ini dapat menghentikan sebagian besar perdarahan. Pertahankan tekanan untuk beberapa saat.
2. Jika perdarahan terjadi di sekitar lengan atau tungkai, maka tinggikan bagian tersebut sedikit di atas jantung sambil terus menekan sumber perdarahan
3. Apabila darah telah memenuhi kain, tekanan jangan dilepas, tetapi tambahkan dengan kain baru dan letakkan di atasnya. Kemudian lanjutkan lagi menahannya dengan tangan.
4. Apabila perdarahan terhenti atau berkurang, gunakan perban atau kain panjang untuk diikatkan pada kain penutup luka. Tujuannya adalah tetap mempertahankan tekanan.
5. Tali perban jangan terlalu kencang untuk menghindari aliran darah arteri lain ikut terhenti.
6. Jika luka besar dan darah tidak berhenti, segera ke dokter atau rumah sakit terdekat sambil terus dilakukan penekanan luka.
7. Jangan memberi bubuk apa pun pada luka, misal bubuk kopi, bubuk obat dengan tujuan agar luka tertutup dan terkesan perdarahan sudah berhenti.

Luka tertutup atau memar
Anak kecil sering sekali mengalami luka ini, bahasa umum yang sering dipakai adalah ‘benjol’. Biasanya karena terjatuh atau terbentur suatu benda keras. Bagian tubuh yang memar biasanya terasa sakit, timbul bengkak atau benjolan. Kulit akan memerah yang nantinya berubah warna menjadi biru atau hijau dan akhirnya hilang.
Luka tertutup atau memar ini biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Meskipun demikian, perlu dilakukan beberapa hal agar memar dapat sembuh lebih cepat, yaitu:
1. Istirahatkan daerah yang memar terutama jika yang cedera bagian tungkai
2. Sesegera mungkin kompreslah dengan menggunakan air dingin atau es pada daerah yang memar untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan di dalam jaringan dan menghentikan pembengkakan.
3. Setelah 24 jam, gunakan kompres hangat untuk membantu penyembuhan luka. Kompres hangat akan membantu pembuluh darah lain yang tidak rusak melakukan penyerapan darah yang keluar dan terakumulasi akibat luka memar .
4. Bila memar bertambah parah atau bengkak dan terlihat perubahan bentuk yang tidak normal dengan rasa sakit tak tertahankan, segera bawa ke rumah sakit karena ada kemungkinan patah tulang atau luka lainnya.

Luka Bakar
Tujuan pertolongan pertama pada luka bakar adalah untuk mengurangi rasa sakit, mencegah infeksi, serta mengatasi peristiwa syok yang mungkin dialami korban terutama pada luka yang berat. Caranya adalah dengan menurunkan suhu di sekitar luka bakar sehingga dapat mencegah luka pada jaringan di bawahnya berkembang lebih parah lagi.
Berdasarkan kedalaman luka, ada tiga tingkatan luka bakar. Luka bakar tingkat I adalah luka bakar ringan dengan tingkat kerusakan jaringan hanya di bagian epidermis (bagian kulit paling atas). Contohnya adalah ketika terkena sengatan matahari tanpa pelindung (sunburn) atau kontak langsung dengan obyek yang panas seperti air mendidih. Luka bakar seperti ini umumnya tidak disertai kelepuhan pada kulit. Luka bakar tingkat II atau luka bakar derajat sedang adalah luka bakar yang menyebabkan kerusakan pada lapisan di bawah epidermis sampai ke dermis. Sedang luka bakar 
derajat III jika sudah lebih dalam lagi, bahkan sampai ke otot atau tulang. Biasanya pada luka bakar derajat III sudah tidak terasa sakit karena jaringan saraf sudah ikut terbakar.
Penanganan Luka Bakar
 1.    Hentikan proses terbakar, misalnya menyingkirkan atau melepaskan pakaian atau benda lain yang masih melekat pada korban dan berpotensi ikut terbakar.
 2.    Siram bagian luka yang terbakar dengan air mengalir selama 20 – 30 menit atau sampai rasa sakit menghilang.
 3.     Tutup luka bakar dengan kain bersih atau kassa untuk mencegah infeksi terutama jika sedang berada di lokasi yang kurang bersih.
 4.  Jangan memberi pasta gigi, mentega atau minyak bahkan obat-obatan pada luka bakar tanpa persetujuan dokter
 5.     Jika luka bakar luas dan berat, jaga agar korban tetap hangat dan segeralah ke dokter atau rumah sakit terdekat. 

sumber : Modul pelatihan Emergency First Aid Course (EFAC) BSMI Jakarta Pusat

Artikel ini dibuat untuk www.fahima.org