Thursday, March 12, 2015

Ketika Merokok (terus) Menggerogoti Keluarga Indonesia melalui Kanker Paru

Sumarno, 45 tahun, tidak pernah menyangka bahwa dirinya suatu saat akan berakhir dengan salah satu kanker paling mematikan: kanker paru. Dirinya memang pernah merokok sewaktu remaja, mungkin dimulai umur 15 tahun, namun berhenti merokok umur 35 tahun. Dan hanya enam batang perhari, pikirnya. Enam batang yang kemudian merubah perjalanan hidupnya. Selamanya.
Pak Sumarno hanya sebuah kasus dari jutaan kasus penderita kanker paru seluruh dunia. Indonesia mungkin masih dibebani dengan kematian akibat serangan jantung dan stroke sebagai peringkat pertama dan kedua. Namun Jepang sebagai negara maju yang berhasil mengontrol faktor risiko penyakit jantung dan stroke kini dihadapkan dengan kanker sebagai penyebab kematian nomor satu. Dari semua jenis kanker, kanker paru-lah yang paling banyak membunuh warga negara yang terkenal kedisiplinannya itu. Profil angka kematian inilah yang mulai menghantui Indonesia. Bahwa sebetulnya kita sedang bergerak menuju arah yang sama dengan Jepang: ketika sudah berhasil mengendalikan penyakit jantung dan stroke, malah kanker paru muncul berikutnya. Apa sebenarnya yang terjadi?

Mari kita kupas faktor risiko yang paling nyata ada di lingkungan kita: rokok.

Kita sama-sama mengetahui bahwa merokok itu adalah salah satu faktor yang paling jelas buktinya sebagai penyebab kanker rokok. Didapati bahwa status merokok itu belum cukup detail untuk menggolongan dia berisiko atau tidak, karena ada yang namanya Indeks Brinkmann (IB). Indeks Brinkman itu adalah hasil perkalian antara durasi merokok dalam tahun dikalikan dengan jumlah batang per hari. Jadi kalau misalnya Pak Sumarno merokok selama sepuluh tahun dan jumlah batang rokok perhari rata-rata 12 batang, maka Indeks Brinkman Pak Sumarno adalah 6 x 20 = 120. Setelah kita dapatkan Indeks Brigman ini berikutnya kita klasifikasikan apakah Pak Sumarno risiko ringan, sedang atau berat. Dikatakan IB ringan kalau dibawah 200, IB sedang jika diantara 200 sampai 600 dan IB berat jika diatas 600. Maka kini kita ketahui bahwa sebetulnya Pak Sumarno ini risiko ringan karena dibawah 200 (yaitu 120). Lalu mengapa kemudian dia terkena kanker paru? Ada beberapa penjelasan.
Pertama. Ternyata durasi merokok (dalam tahun) tidak sama kontribusinya dengan jumlah batang perhari. Sekiranya Pak Sumarno merokok 12 batang perhari selama 10 tahun dibandingkan 6 batang perhari selama 20 tahun, maka IB-nya sama-sama 120. Namun ternyata tidak sama. Lebih berat risikonya kalau merokok lebih lama. Artinya adalah, merokok lebih lama itu lebih berbahaya dibanding merokok lebih banyak. Dan tentu saja tidak merokok sama sekali, lebih aman. Pak Sumarno mungkin berpikir bahwa dia hanya merokok enam batang. Namun dia luput dua hal: dia merokok selama 20 tahun dan memulainya umur remaja.

Kedua. Jika seorang memulai merokok umur 40 tahun dan yang lainnya mulai merokok umur 15 tahun, mana yang lebih berisiko? Jelas lebih berisiko memulai merokok umur remaja. Demikian beratnya risiko terpajan asap rokok pada umur muda, kita mulai banyak mendapatkan kasus kanker rokok yang pasiennya menyangkal merokok namun ternyata ketika kecil dulu sering satu ruangan dengan ayahnya yang merokok. Atau bahkan sering ketika masih bayi, digendong ayah dengan baju penuh bekas bau rokok. Semakin muda memulai merokok atau terpajan asap rokok, semakin tinggi risiko kanker paru. Berbagai literatur kedokteran paru telah menyebutkan dengan jelas bahwa inilah salah kejahatan kemanusiaan paling terselubung saat ini: mengajak generasi muda untuk merokok. Celakanya, kita saksikan bersama betapa gencarnya industri rokok membidik generasi muda sebagai pasar utama melalui iklan dan sponsor yang masif karena pelanggan-pelanggan dewasa yang berumur sudah mulai banyak yang ‘insyaf’ dan meninggalkan merokok.

Kemudian ada beberapa subfaktor lain terkait rokok sebagai faktor risiko kanker paru, antara lain seberapa dalam menghisap rokoknya dan apakah rokoknya dengan rokok kretek atau rokok filter. Kita menghisap rokok dalam-dalam atau menghisap biasa saja sebetulnya tidak jauh beda dalam menyumbang risiko kanker paru. Kedalaman menghisap ini hubungannya dengan jenis kanker paru yang diderita. Menghisap ‘dalam’ berhubungan dengan kanker paru jenis adenokarsinoma, sedangkan menghisap ‘tidak dalam’ berhubungan dengan kanker paru jenis karsinoma sel skuamosa. Bagi penderita keluhannya tidak jauh berbeda, sama-sama bisa menyebabkan batuk, sesak, dengan usia harapan hidup lima tahun yang rendah. Adapun peran filter kini mulai banyak diperdebatkan para ahli apakah mampu atau tidak mengurangi risiko konsentrasi tar dalam saluran napas.

Fenomena yang saat ini mengusik hati nurani praktisi kesehatan adalah meningkatnya insiden kanker paru pada bukan merokok. Kanker paru pada bukan perokok, bagaimana bisa? Sebetulnya terdengarnya ‘bukan perokok’ tapi bisa ditafsirkan sebagai terpajan rokok tanpa sadar.

Atas nama profesionalitas dan kemanusiaan, ketika praktisi kesehatan berhadapan dengan kasus kanker paru pada pasien perokok, maka pelayanan terbaik akan tetap diberikan secara professional. Pasien seperti ini memiliki kanker paru karena dalam tanda kutip, dia sudah memilih risikonya secara sadar. Dalam hidupnya pastilah pernah bertemu dengan peringatan ‘ancaman kanker paru, penyakit jantung, kelainan kongenital janin’ dan sebagainya. Dan tetap merokok. Tetap memilih risiko kanker paru.
Namun perasaan simpati (bukan hanya empati) akan ikut terlibat ketika melayani pasien kanker paru pada bukan perokok. Bahwa sebetulnya dia sudah paham risiko dan memilih untuk menghindari risiko. Namun biasanya ada cerita lain dibalik status ‘bukan perokok.’ Apa itu? Ternyata pasien tersebut istrinya atau anaknya seorang perokok berat. Ini yang menimbulkan kekhawatiran kita semua. Bahwa golongan pasien seperti ini sudah memperingatkan suaminya untuk tidak merokok, apalagi jika mengancam kesehatan anak-anaknya. Jadi sudah ada effort aktif untuk mengeliminasi rokok dari rumahnya. Untuk golongan seperti ini masih ada keadilan dari Allah SWT. Bahwa ternyata kanker paru pada bukan perokok, memiliki beberapa karakteristik yang menyebabkan kanker parunya tidak membunuh pasiennya lebih cepat. Antara lain terdapat mutasi somatic pada Epidermal Growth Factor Receptoryang membuatnya berespon baik dengan pemberian obat Receptor Kinase Inhibitor seperti Gefitinib atau Erlotinib. Adapun golongan kanker paru pada perokok, tidak berespon dengan obat ini dan kanker parunya lebih mematikan. Dokter anda mungkin menyebutnya prognosis buruk.

Keseluruhan narasi inilah yang kemudian menjelaskan mengapa walau kita turut berduka atas vonis kanker paru Pak Sumarno, namun alarm kewaspadaan tetap harus berbunyi memperingatkan kita: Selamatkan Istri dan Anak-anak Perokok.

Dr Fariz Nurwidya, peneliti kesehatan respirasi di Juntendo University, Tokyo
NB: Artikel ini telah dimuat dalam Majalah Dokter Kita edisi Januari 2011

Wednesday, March 11, 2015

Fakta Menarik tentang Kanker

Kanker itu punya beberapa fakta menarik.

Pertama. Individu dalam populasi suatu kanker tidak seragam. Bahkan sangat beragam. Semua punya karakter yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh cepat. Ada yang membelahnya tidak terburu-buru. Agak santai. Namun ada juga yang selalu ‘tidur’. Perbedaan karakter individu ini karena mereka didesain untuk tugas yang berbeda. Subhanallah. Mari kita lihat satu persatu.

Ada yang tugasnya menjaga hubungan baik dengan kekebalan tubuh. Kita paham bahwa kekebalan tubuh ini seharusnya mengenali sel kanker pada masa awal pertumbuhannya. Iyadonk. Karena sel tumor itu dindingnya saja sudah berbeda dibanding sel normal, jadi seharusnya sudah dikenali imunitas tubuh. Tapi strategi kanker ini luar biasa. Mereka seolah paham bahwa untuk kanker bisa tumbuh ‘selamat’, mereka cuma punya dua pilihan: menjadi ‘tampak’ normal; atau menjaga hubungan baik dengan sistem kekebalan tubuh. Kadang kanker-kanker ini mengambil kedua jalan tersebut.

Kemudian ada unit khusus dari populasi kanker yang kerjanya melakukan survei ke organ-organ lain yang agak jauh sebelum metastasis yang sebenarnya. Semacam tim advance. Apa tujuannya? Biasanya kalau orang tua yang ingin mengirim anaknya sekolah SMA/S1 ke luar negeri, mereka ingin memastikan bagaimana lingkungan anaknya kelak, kondisi sekolah, sampai biaya hidup. Tidak sembarangan main lepas anak tanpa informasi tempat bernaung kelak bukan?  Persis itulah yang dilakukan kanker. Kanker itu selalu menganggap metastasis itu proyek yang tidak boleh gagal. Untuk itu persiapan sangat mendetail. ‘Tim survei’ kecil-kecilan ini akan pergi pertama kali menuju organ sasaran, sebut misalnya organ hati. Disana mereka berinteraksi dengan jaringan hati, beramah-tamah dengan imunitas lokal di hati. Hasilnya mengagumkan: ketika metastasis benar-benar terjadi, sel kanker di organ hati ini bukan hanya diterima kedatangannya (baca:didiamkan imunitas lokal), namun juga diberi makan. Kalau perlu jatah makanan penduduk lokal dialihkan untuk tamu yang tidak diundang ini. Kata kunci untuk fenomena ini adalah epithelial-mesenchymal transition (EMT).

Kita dulu menyangka subpopulasi sel kanker yang tumbuh cepat itu paling berbahaya. Ternyata tidak demikian. Unit kanker yang selalu ngantuk dan lambat tumbuhnya itu justru memainkan peranannya ketika kanker menerima obat antikanker. Apa peranannya? Detik pertama ketika obat antikanker menghampiri keluarga besar kanker, yang dibunuh pertama adalah populasi kanker yang tumbuhnya cepat, gesit dan membentuk ‘bulk’ (massa). Jadi yang sebetulnya mati adalah populasi rata-rata. Istilah kata, rakyat kebanyakan. Bukan populasi yang ngantuk tadi. Si ‘ngantuk’ yang kini berubah jadi pahlawan bagi kanker. Padahal jumlahnya hanya 0,3 persen dari seluruh populasi kanker. Kenapa dia ngantuk? Karena energinya habis untuk menjaga informasi genetik suatu kanker. Menyerupai stem cell (sel punca). Informasi genetik ini sangat berharga untuk kelangsungan hidup kanker dikemudian hari. 

Kata kunci paragraf yang ini adalah cancer stem cell (CSC).
Jadi ketika populasi kanker banyak yang mati oleh kemoterapi, maka si ngantuk ini kemudian bangun. Dari awal sebetulnya memang sudah kebal terhadap berbagai kemoterapi. Setelah bangun, kemudian membelah diri dan membangun generasi baru yang berbeda dengan generasi kanker terdahulu yang telah mati. New generation. Membentuk populasi kanker lagi.  Inilah salah satu penjelasan mengapa pasien-pasien kanker yang nampak berespon baik terhadap kemoterapi, kemudian kambuh kembali beberapa bulan atau tahun kemudian. Kalau yang ini sebut saja resistensi kemoterapi.

Keseluruhan fenomena ini masih membingungkan. Bahkan bagi peneliti-peneliti di Harvard.
Jadi kalau dulu George W Bush  pernah menyebut Iran, Venezuela dan Korea Utara sebagai Axis of Evil, maka kini Dr Jeff Settlemen (bosnya Dr Fumiyuki Takahashi dulu di Harvard) menyebut EMT, CSC dan resistensi kemoterapi sebagai Axis of Evil in the war against cancer.  

Menghadapi Ancaman Penyakit Paru Obstruksi Kronik

Tak banyak masyarakat yang kenal betul dengan nama penyakit yang satu ini. Pamornya mungkin kalah dengan asma atau pun tuberkulosis yang sama-sama golongan penyakit pernafasan. Padahal angka kejadiannya tinggi dan diperkirakan akan semakin bertambah banyak. Dia bahkan telah mengintai kita semua.

Memahami Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) bukan suatu nama penyakit tunggal. Namun PPOK adalah istilah yang menghimpun berbagai penyakit paru kronik yang menyebabkan keterbatasan aliran udara dalam paru. Istilah yang dahulu telah popular seperti ‘bronkitis kronik’ dan ‘emfisema’ tidak lagi digunakan karena sudah masuk dalam diagnosis PPOK. Yang sebetulnya terjadi pada paru PPOK adalah pembatasan aliran udara permanen dalam saluran napas.
Gejala PPOK yang paling umum adalah sesak napas (breathlessness), produksi sputum (dahak) yang banyak dan batuk kronik. Batuk kronik dan produksi sputum sering mendahului keterbatasan aliran udara dalam saluran napas, namun tidak semua individu yang batuk dan berdahak banyak akan menjadi PPOK. PPOK harus dikenal bukan hanya sebagai ‘batuknya perokok’, namun juga sebagai penyakit yang under-diagnose, dan penyakit paru yang bisa berakhir dengan kematian.

Jumlah Kasus
Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), 80 juta orang menderita PPOK derajat sedang sampai berat. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2005 di seluruh dunia. Angka ini menyumbang 5 persen semua penyebab kematian secara global. Namun, mayoritas informasi yang tersedia tentang prevalensi, angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) berasal dari negara high-income. Padahal, hampir 90 persen kematian akibat PPOK muncul di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Jika tidak ada perubahan berarti dalam kebijakan pengendalian rokok, maka PPOK ini akan secara dramatis naik peringkat menjadi rangking 3 sebagai pembunuh manusia pada tahun 2030.
Dulu kita mendapati PPOK ini lebih umum terjadi pada pria. Kini, karena peningkatan perilaku merokok pada perempuan di negara high-income dan peningkatan pajanan polusiindoor (seperti asap pembakaran ketika memasak di dapur) pada perempuan negara berkembang, PPOK menimpa nyaris sama antara pria dan perempuan.

Mendeteksi PPOK pun Butuh Usaha
Jika anda memiliki gejala batuk disertai dahak yang banyak dan juga sesak (sulit bernapas atau butuh usaha lebih untuk bernapas) disertai riwayat terpajan dengan asap rokok atau polusi lain, maka yang perlu anda lakukan berikutnya adalah melakukan pemeriksaan spirometri. Alat spirometri umumnya tersedia di berbagai rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta dan juga klinik dokter spesialis paru dan pernapasan.  Berbeda dengan alat rekam jantung, dikenal dengan nama elektrokardiografi, pemeriksaan spirometri ini sangat tergantung dengan pemahaman dan usaha kita sebagai pasien. Karena tarik napas dan buang napas itu berada dalam kontrol sadar kita. Secara sederhana, yang paling dibutuhkan bagi alat spirometri adalah aliran napas kita dari titik paru saat paling mengembang ke titik paru dimana kita tidak bisa membuang napas lagi. Akan ada maneuver-manuver lain sehubungan dengan pemeriksaan spirometri ini, namun yang penting adalah kita harus mengerti sejelas-jelasnya instruksi pemeriksa sebelum memulai pemeriksaan spirometri. Karena kalau sudah tarik napas dan buang napas berkali-kali dan ternyata keliru, akan sangat tidak efisien karena berarti harus mengulang pemeriksaan pada waktu lain.
Fakta yang unik tentang PPOK ini adalah perbedaan antara keluhan yang dirasa pasien dengan keadaan yang sebenarnya terjadi pada paru. Pasien mungkin akan mengatakan bahwa dia ‘susah bernapas’ yang berarti ‘sulit mengambil napas’. Padahal yang sebenarnya terjadi pada parunya adalah saluran napasnya membengkak sehingga mengurangi aliran udara, terutama aliran udara keluar (ekspirasi). Akibatnya udara ‘terjebak’ dalam paru dan tidak bisa keluar. Padahal udara yang terjebak ini oksigennya sudah diambil oleh tubuh jadi sudah saatnya dikeluarkan untuk diganti udara yang tinggi kadar oksigennya. Namun udara itu tidak bisa keluar. Organ paru mungkin akan mengatakan ‘tidak bisa buang napas’, walaupun pasien bilang, ‘tidak bisa ambil napas’.

Ketika Serangan Itu Datang
Salah satu pengalaman paling mengerikan bagi penderita PPOK adalah ketika ‘kambuh’. Istilah yang akan digunakan dokter anda adalah ‘eksaserbasi’. Eksaserbasi itu tidak hanya mengerikan bagi pasien, namun juga membawa pesan serius bagi dokter bahwa arah perjalanan penyakit PPOK pasiennya telah berubah. Berubah bagaimana? Salah satu akibat terpenting dari tiap kejadian eksaserbasi adalah tentang fungsi paru.
Fungsi paru yang baik itu adalah ketika paru sudah dalam keadaan tarik napas (inspirasi) maksimal, lalu mampu mengeluarkan udara sebanyak mungkin secepat mungkin. Makin banyak udara yang mampu yang dikeluarkan, makin baik. Lebih cepat, juga lebih baik. Makin sedikit udara yang tertinggal dalam paru, makin baik fungsi paru. Begitulah yang dikatakan hasil spirometri.
Setiap yang namanya eksaserbasi itu kalau sudah mereda, maka fungsi parunya tidak akan sama lagi. Eksaserbasi itu selalu mengurangi fungsi paru. Artinya, semakin sering eksaserbasi, semakin cepat fungsi parunya terkikis. Kalau fungsi paru cepat berkurang dan tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh, bahkan saat beristirahat, maka penderita tidak lama akan masuk dalam keadaan gagal napas.
Target pengobatan yang ada sekarang adalah bagaimana mempertahankan fungsi paru dan menjarangkan eksaserbasi. Misalnya jika tanpa diobati, frekuensi eksaserbasi bisa 2 bulan sekali. Namun setelah rajin kontrol targetnya jadi eksaserbasi 2 tahun sekali.
Bagaimanapun, fakta yang harus diterima oleh pasien PPOK adalah, PPOK itu tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan. Agar kemudian penderita bisa hidup ‘berdamai’ dengan PPOK dalam parunya.

Fariz Nurwidya 
Majalah Dokter Kita edisi Desember 2011

Strategi Menghilangkan Rokok di Indonesia

Sudah banyak sekali data dan fakta bertebaran menghiasi berbagai media mengenai angka kesakitan dan kematian akibat rokok di Indonesia dan berbagai negara lain. Kita sama-sama sudah dalam posisi menentang rokok. Maka kini mari kita simak bersama berbagai kemungkinan kebijakan pengendalian rokok dimasa depan.
  1. Pencantuman gambar-gambar kanker dan kelainan janin harus dicantumkan pada bungkus rokok dengan segera. Langkah ini sudah dijalankan pemerintah Singapura dan memberi hasil yang memuaskan pada jumlah perokok di negara tersebut. Penggunaaan kalimat nasihat di bungkus rokok saja tidak cukup memberi informasi. Perokok masih bisa merokok tanpa melihat jelas apa dampak, misalnya, 20 tahun kedepan.
  2. Iklan rokok hanya boleh menggunakan pasien-pasien yang sedang kemoterapi karena kanker akibat rokok. Pasien-pasien yang radioterapi atau baru menjalani pembedahan juga bisa dipertimbangkan. Perusahaan pengiklan tidak boleh menggunakan model iklan yang sehat. Kalau perlu, hanya artis sakit karena rokok-lah yang boleh jadi iklan rokok.  Jadi, mengiklankan rokok sebisa mungkin menghindari unsur ‘entertainment’. Dua strategi pertama ini bisa kita kategorikan sebagai ‘tampilkan apa adanya’.
  3. Warga negara yang ingin membeli rokok terlebih dahulu harus menandatangani surat yang disebut informed consent. Surat ini seperti halnya surat yang ditanda-tangani pasien sebelum menjalani pengobatan atau tidakakan pembedahan di rumah sakit.Informed consent pada warga yang ingin merokok intinya berbunyi pernyataan:
3.1. ‘Saya sudah memahami semua akibat yang ditimbulkan oleh rokok, antara lain pemendekkan usia, penyakit jantung, kanker, dan kelainan janin pada orang-orang terdekat saya
3.2. ‘Saya menjamin ketersediaan sandang, pangan papan keluarga saya tidak terpengaruhi oleh pembelian rokok. Terutama saya menjamin susu dan pendidikan bagi anak-anak saya.”
3.3. ‘Saya siap menghadapi semua penyakit dan kerugian material dan immaterial akibat rokok’
3.4. ‘Saya tidak akan menuntut siapapun atas penyakit yang akan saya derita akibat rokok’
3.5. ‘Saya tidak akan menggunakan jaminan pemeliharaan kesehatan yang disediakan pemerintah untuk warga miskin’
Penggunaan informed consent ini kita sebut sebagai tanggung jawab.

4. Penjual rokok harus mendapat penyuluhan mengenai kemungkinan usaha dagang yang lainnya.  Termasuk bekerja sama dengan pihak perbankan untuk kemudahan pemberian kredit bagi pedagang rokok yang ingin beralih ke komoditas perdagangan lainnya.

5. Pemerintah daerah tentunya sudah mengetahui jumlah petani tembakau di daerahnya. Yang bisa dilakukan dinas pertanian setempat misalnya secara rutin mendatangi petani-petani tembakau agar mengajak dan menyuluh mereka sehingga bisa memahami bertani komoditas lainnya. Jika sudah ada contoh mantan petani tembakau yang sukses beralih pada komoditas pertanian lain akan makin meningkatkan kesadaran dan semangat para petani tembakau lainnya untuk segera meninggalkan bertani tembakau. Sebetulnya, selama ini kita lihat petani-petani tembakau itu selalu dalam keadaan miskin. Mungkin karena tidak ada berkahnya dengan menanam tembakau. Saatnya mereka memberbaiki kesejahteraan hidup dengan menanam komoditas yang tinggi protein dan tinggi nutrisinya.

6. Pendekatan dengan perusahaan-perusahaan kopi, coklat, teh, kelapa sawit, industri makanan, bahkan juga industri bumbu. Apa yang perlu dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan ini? Adalah penting untuk mempersiapkan industri-industri ini untuk bisa memberi kesempatan bekerja bagi buruh-buruh pabrik rokok yang ingin bekerja dengan pabrik non-rokok ini. Industri rokok selama ini kita dengar sering berdalih bahwa penutupan pabrik rokok akan berimbas pada hilangnya nafkah pada ribuan buruh-buruh pabrik rokok. Dalih industri rokok ini selain mengandung banyak unsur manipulasinya, juga mudah sekali dijawab. Salah satunya dengan penerimaan, misalnya, industri makanan terhadap buruh pabrik rokok. Langkah ini baiknya dijalankan 5 tahun sebelum pemerintah bisa menutup sama sekali pabrik rokok. Pentahapan itu penting. Inilah kunci sukses langkah nomor 4 sampai nomor 6, yaitu ‘insentif ekonomi’.

7. Penambahan elemen ‘tidak merokok’ di iklan pembukaan lowongan pekerjaan. Diharapkan syarat ‘tidak merokok’ bisa menjadi penambah semangat bagi pencari kerja yang sedang ingin berhenti merokok. Lebih lanjut, dalam mempromosikan karyawan, kriteria ‘tidak merokok’ dapat digunakan untuk proses penilaian. Perusahaan diharapkan dapat memberi penghargaan kecil-kecilan bagi staf yang tidak merokok. Ini nantinya bisa membentuk mind-set bahwa yang namanya tidak merokok itu adalah prestasi. Nomor 7 ini bisa kita sebut sebagai ‘insentif karir’.

8. Alokasi cukai tembakau untuk dana iklan layanan kesehatan anti rokok. Ini penting karena kita berhadapan dengan iklan rokok yang didukung oleh modal-modal besar. Makin besar penjualan rokok harus diiringi oleh peningkatan iklan layanan masyarakat bertajuk antirokok. Kita bisa membentuk ‘rem’ yang menahan laju penggunaan rokok. Kita bisa kategorikan ini sebagai ‘insentif iklan’.

Kita mungkin tabu dengan konsep bahwa perokok itu adalah warga negara yang ‘unik’. Apa yang ‘unik’? Perokok itu unik karena ketika sehat, secara sadar dia menjemput semua risiko buruk bagi dirinya dan orang-orang terdekatnya. Lalu ketika risiko itu benar-benar terjadi, dipastikan menyesal telah merokok. Nyaris mustahil kita temui penderita kanker paru yang mengatakan, “saya tidak menyesal karena telah merokok.”. Jadi hampir 100 persen pasien yang pernah merokok pasti menyesal pernah merokok.
Karena keunikannya itu, kita harus mulai memperkenalkan konsep warga negara yang ‘unik’. Disebabkan berstatus penduduk ‘unik’, patutlah dipertimbangkan hak yang ‘unik’ pula, seperti contoh-contoh yang telah disebutkan diatas, antara lain, pengurangan kesempatan bekerja dan pengurangan kesempatan mendapat jaminan kesehatan pemerintah untuk warga miskin.
Kita jangan membatasi kreativitas berpikir kita mengenai kemungkinan-kemungkinan strategi menghilangkan tembakau dari bumi Nusantara. Agar suatu saat kita bisa memiliki ‘Indonesia Bebas dari Rokok’. Segala kemungkinan itu harus dipikirkan, didiskusikan, untuk kemudian dicari jalan penerapan di lapangan. Persis seperti yang dilakukan industri rokok untuk meningkatkan penjualan rokok di Indonesia.
Maka kini kita memahami beberapa kunci baru eliminasi rokok di Indonesia: ‘tampilkan apa adanya’, tanggung jawab, insentif ekonomi, insentif karir dan insentif iklan.

Fariz Nurwidya
(Majalah Dokter Kita, edisi Januari 2012)

Monday, March 9, 2015

Penanganan Luka di Rumah

Terkadang kecelakaan kecil bahkan besar tanpa sengaja bisa terjadi dimana saja, termasuk di rumah. Terutama pada anak-anak yang belum terlalu paham dengan bahaya. Oleh karenanya sebagai orang tua, penting sekali kita mengetahui langkah-langkah pertolongan pertama pada kejadian luka ini. Prinsip utama pertolongan pertama adalah jangan menambah berat luka karena tindakan kita yang keliru walau niat kita menolong. Karena sering sekali tim medis menemukan terapi-terapi yang dilakukan oleh orang tua yang malah membuat luka menjadi semakin berat, sehingga terapi lebih susah. Misalnya pemberian bubuk kopi pada luka terbuka atau pasta gigi pada luka bakar, memijat-mijat luka tertutup, dan banyak yang lainnya.
Luka atau cedera adalah terjadinya kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Luka sifatnya bisa terbuka dan juga bisa tertutup. Pada luka terbuka dapat terlihat keluarnya darah sedang pada luka tertutup tidak. Luka tertutup misalnya luka memar, lebam atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘benjol’. Walau tidak ada darah yang keluar, sebenarnya di dalam kulit ada kerusakan struktur jaringan tubuh atau ada pembuluh darah pecah dan terakumulasi di dalam jaringan bawah kulit.

Luka terbuka
Ketika terluka ada tiga jenis pembuluh darah yang kemungkinan rusak atau terpotong, yaitu :
1. Pembuluh darah nadi atau arteri, ditandai dengan darah yang warnanya lebih terang dan alirannya memancar, berdenyut sesuai denyut nadi pada bagian yang terluka. Jika yang terkena adalah pembuluh arteri besar, bisa membahayakan nyawa.
2. Pembuluh darah balik atau vena, ditandai dengan darah berwarna agak gelap dan keluarnya mengalir secara spontan.
3. Pembuluh kapiler, ciri khasnya adalah darah yang keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena. Contohnya adalah luka gores.
Penanganan luka terbuka
1. Dengan menggunakan sapu tangan atau kain tebal yang bersih, tekan daerah luka dengan perlahan tapi cukup kuat. Tindakan ini dapat menghentikan sebagian besar perdarahan. Pertahankan tekanan untuk beberapa saat.
2. Jika perdarahan terjadi di sekitar lengan atau tungkai, maka tinggikan bagian tersebut sedikit di atas jantung sambil terus menekan sumber perdarahan
3. Apabila darah telah memenuhi kain, tekanan jangan dilepas, tetapi tambahkan dengan kain baru dan letakkan di atasnya. Kemudian lanjutkan lagi menahannya dengan tangan.
4. Apabila perdarahan terhenti atau berkurang, gunakan perban atau kain panjang untuk diikatkan pada kain penutup luka. Tujuannya adalah tetap mempertahankan tekanan.
5. Tali perban jangan terlalu kencang untuk menghindari aliran darah arteri lain ikut terhenti.
6. Jika luka besar dan darah tidak berhenti, segera ke dokter atau rumah sakit terdekat sambil terus dilakukan penekanan luka.
7. Jangan memberi bubuk apa pun pada luka, misal bubuk kopi, bubuk obat dengan tujuan agar luka tertutup dan terkesan perdarahan sudah berhenti.

Luka tertutup atau memar
Anak kecil sering sekali mengalami luka ini, bahasa umum yang sering dipakai adalah ‘benjol’. Biasanya karena terjatuh atau terbentur suatu benda keras. Bagian tubuh yang memar biasanya terasa sakit, timbul bengkak atau benjolan. Kulit akan memerah yang nantinya berubah warna menjadi biru atau hijau dan akhirnya hilang.
Luka tertutup atau memar ini biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Meskipun demikian, perlu dilakukan beberapa hal agar memar dapat sembuh lebih cepat, yaitu:
1. Istirahatkan daerah yang memar terutama jika yang cedera bagian tungkai
2. Sesegera mungkin kompreslah dengan menggunakan air dingin atau es pada daerah yang memar untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan di dalam jaringan dan menghentikan pembengkakan.
3. Setelah 24 jam, gunakan kompres hangat untuk membantu penyembuhan luka. Kompres hangat akan membantu pembuluh darah lain yang tidak rusak melakukan penyerapan darah yang keluar dan terakumulasi akibat luka memar .
4. Bila memar bertambah parah atau bengkak dan terlihat perubahan bentuk yang tidak normal dengan rasa sakit tak tertahankan, segera bawa ke rumah sakit karena ada kemungkinan patah tulang atau luka lainnya.

Luka Bakar
Tujuan pertolongan pertama pada luka bakar adalah untuk mengurangi rasa sakit, mencegah infeksi, serta mengatasi peristiwa syok yang mungkin dialami korban terutama pada luka yang berat. Caranya adalah dengan menurunkan suhu di sekitar luka bakar sehingga dapat mencegah luka pada jaringan di bawahnya berkembang lebih parah lagi.
Berdasarkan kedalaman luka, ada tiga tingkatan luka bakar. Luka bakar tingkat I adalah luka bakar ringan dengan tingkat kerusakan jaringan hanya di bagian epidermis (bagian kulit paling atas). Contohnya adalah ketika terkena sengatan matahari tanpa pelindung (sunburn) atau kontak langsung dengan obyek yang panas seperti air mendidih. Luka bakar seperti ini umumnya tidak disertai kelepuhan pada kulit. Luka bakar tingkat II atau luka bakar derajat sedang adalah luka bakar yang menyebabkan kerusakan pada lapisan di bawah epidermis sampai ke dermis. Sedang luka bakar 
derajat III jika sudah lebih dalam lagi, bahkan sampai ke otot atau tulang. Biasanya pada luka bakar derajat III sudah tidak terasa sakit karena jaringan saraf sudah ikut terbakar.
Penanganan Luka Bakar
 1.    Hentikan proses terbakar, misalnya menyingkirkan atau melepaskan pakaian atau benda lain yang masih melekat pada korban dan berpotensi ikut terbakar.
 2.    Siram bagian luka yang terbakar dengan air mengalir selama 20 – 30 menit atau sampai rasa sakit menghilang.
 3.     Tutup luka bakar dengan kain bersih atau kassa untuk mencegah infeksi terutama jika sedang berada di lokasi yang kurang bersih.
 4.  Jangan memberi pasta gigi, mentega atau minyak bahkan obat-obatan pada luka bakar tanpa persetujuan dokter
 5.     Jika luka bakar luas dan berat, jaga agar korban tetap hangat dan segeralah ke dokter atau rumah sakit terdekat. 

sumber : Modul pelatihan Emergency First Aid Course (EFAC) BSMI Jakarta Pusat

Artikel ini dibuat untuk www.fahima.org

Yochien no obentou




Hari terakhir よちえん の おべんとう (bento TK)

Di Jepang anak sekolah tidak mempunyai kebiasaan jajan, dari TK sampai SMP, dan sebagian SMA. Makan siang disediakan oleh Sekolah dengan berkoordinasi bersama Ahli Gizi. Saat awal mendaftar sekolah, ada wawancara mengenai menu makan siang ini, apakah anak ada alergi atau pantangan makanan tertentu. Sebagai muslim kamipun demikian, dengan tegas menjelaskan bahwa anak kami tidak bisa makan babi, daging/ayam dari sekolah, sake/mirin dan derivatnya. Hasilnya, khusus Fahira setiap hari makanan full dari rumah, karena terlalu ribet untuk pesanan ke perusahaan kateringnya -smile-

Tak terasa sudah 2 tahun berjibaku dipagi hari menyiapkan bento TK ini, Lirik foto menu bulanan sekolah, kemudian masak, lirik foto lagi kemudian menata di wadah lucu yang didapat dari sekolah, lirik lagi untuk memastikan tidak ada yang terlupa, baru di kemas dalam kantong bento dan dimasukkan ke tas. Begitulah hampir setiap pagi

Saya bersyukur sekali mendapat kesempatan belajar "dunia perbentoan" di Negeri Sakura ini. Hebatnya didalam foto bentou tertera berapa kadar kalori dari satu bento, menu-pun bervariasi dari hari ke hari, dengan 2-3 lauk berbeda, sayur dan buah tentunya.

Apakah repot, ribet? ternyata tidak juga. Justru membantu saya tidak bingung lagi menentukan menu sarapan dan bento Abi-nya anak-anak (boleh dibilang bento makan siang fahira dan abi sama, cuma beda ukuran dan tambahan sambal). Dan sejak perbentoan ini pula fahira jadi suka sayur dan buah, Alhamdulillah.

Selain bento, saya belajar banyak dari TK disini, hal utama yg ingin dicapai adalah bukan prestasi/baca tulis/matematika (walau ini jg dipelajari), Tapi yang utama adalah kemandirian, kreativitas dan penanaman karakter : sopan santun, budaya antri juga membuang sampah pada tempatnya.

-Tiba-tiba ingin punya usaha bento TK saat pulang ke indonesia nanti, karena khawatir sudah lupa cara pegang jarum suntik :D-

Hand Foot Mouth Disease







Bulan Juni-Agustus Jepang memasuki musim panas dengan suhu rata-rata 33-35 derajat celcius. Berbeda musim berbeda pula jenis penyakit infeksi yang menyebar. Saat ini, di Jepang terutama Tokyo dan Jepang Barat, sedang terjadi wabah Teashikuchibyo atau HFMD.

HFMD adalah penyakit dengan gejala flu pada umumnya yaitu batuk, pilek dan demam. Namun gejala yang lebih spesifik yaitu setelah anak mengalami demam sekitar 2-3 hari, akan muncul ruam merah dan lesi (berair seperti cacar) didaerah sekitar mulut, lidah, tenggorokan dan pipi. Juga di daerah bokong, selangkangan, tangan dan kaki (pada bayi). Keluhan yang paling menganggu adalah nyeri tenggorokan, yang bisa membuat bayi menolak untuk makan minum bahkan menolak menyusui, sehingga akibat yang di khawatirkan adalah dehidrasi.

HFMD umumnya menyerang bayi dan anak-anak dibawah 5 tahun. Bisa juga menginfeksi dewasa, namun kejadiannya jarang. Penyebabnya adalah virus dari kelompok Enterovirus, yaitu poliovirus, coxsackievirus, echovirus,  dan enterovirus. Macam-macam virus ini sangat mudah menular pada anak-anak, terutama yang daya tahan tubuh nya belum sempurna.

Bagaimana mencegah nya?
1. Biasakan mencuci tangan pakai sabun lebih sering, terutama jika baru dari keluar rumah.
2. Saat sedang mewabah, hindari mengajak balita ke pusat keramaian seperti taman bermain, jidoukan, termasuk kolam renang di taman.
3. Cuci mainan terutama yang sudah digigit atau kena liur anak.

Jika sudah terinfeksi penyakit ini, apa yg harus dilakukan?
Sebagaimana infeksi virus pada umumnya, insyaAllah penyakit ini akan sembuh sendiri. Yang bisa kita lakukan adalah :
1. Berikan obat penurun panas sekaligus pengurang rasa nyeri.
2. Memberikan makanan yang lunak, mudah ditelan, kalau bisa makanan yang tidak perlu dikunyah. Berikan juga makanan yang sifatnya dingin seperti buah-buahan, puding dan jeli agar anak lebih nyaman. Namun hindari makanan yang asam, pedas dan merangsang tenggorokan.

Untuk bayi di bawah satu tahun, berilah ASI lebih sering, jikalau menolak jg, perah ASI dan berikan pada bayi dengan menggunakan pipet/spuit.

Semoga bermanfaat

Flu dan Selesma

Flu Istilah Rancu

Banyak masyarakat awam bahkan praktisi kesehatan mudah menggunakan kata flu untuk penyakit batuk pilek, sebenarnya flu itu istilah yang rancu, karena tidak semua gejala bersin, hidung tersumbat, dan batuk bisa dikatakan flu.

Flu, berasal dari istilah influenza yang merupakan salah satu jenis virus. Jadi jika kita mengatakan sakit flu, pengertiannya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Sedangkan untuk penyakit dengan gejala bersin-bersin, hidung tersumbat, batuk atau kurang enak badan lebih tepat disebut dengan penyakit common cold atau selesma yang angka kejadiannya cukup tinggi terutama pada balita. Selesma/common cold merupakan gabungan berbagai gejala yang mengganggu saluran napas bagian atas, terutama selaput lendir hidung. Selesma bersifat self-limiting yang berarti ‘sembuh sendiri’ dan bisa disebabkan oleh beberapa jenis virus, diantaranya rhinovirus, coronavirus, adenovirus, respiratory syncytial virus (RSV). Uniknya, virus influenza dan parainfluenza juga bisa menyebabkan gejala selesma, terutama dengan manifestasi gejala yang lebih ringan.

Sedangkan influenza adalah penyakit infeksi pernapasan yang sangat menular dengan gejala yang lebih berat dari selesma, yaitu batuk dan pilek yang lebih berat, demam yang lebih tinggi dibanding selesma, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, bahkan bisa menyebabkan komplikasi berupa pneumonia atau radang paru. Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A, B atau bisa juga C, namun ini jarang. Gejala yang lebih berat biasanya disebabkan oleh virus influenza tipe A, yang bisa menimbulkan wabah seperti flu burung (H5N1) atau flu babi (H1N1).

Penyebaran dapat terjadi adanya kontak langsung dan kontak tak langsung. Tubuh yang sehat memiliki daya tahan alami yang cukup kuat untuk melindunginya terhadap berbagai penyakit dan virus. Namun, bila sistem daya tahan tubuh menurun, maka virus dapat masuk dan menginvasi ke dalam sel-sel tubuh. Pertama kali, virus akan menyerang mukosa hidung, leher dan saluran pernafasan, dimana bulu-bulu getarnya dirusak. Keadaan ini timbul bila imunitas tubuh tidak baik, misal dikarenakan menderita penyakit serius, kerja fisik yang terlalu berat dan terlampau letih, kurang istirahat, banyak stres atau tidak cukup makan bergizi.

Waspadai di Musim Pancaroba

Pada musim pancaroba, termasuk musim dingin yg berubah-ubah suhunya ini, insiden penyakit selesma dan influenza meningkat. Temperatur yang sering berubah-ubah dan kelembapan yang rendah, dapat membuat daya tahan tubuh menurun dan kondisi ini juga sangat ideal bagi banyak virus untuk lebih cepat berkembang biak. Jadi tidak heran lebih banyak orang terserang penyakit pada musim pancaroba dibanding musim yang temperaturnya relatif stabil.

Balita lebih rentan terkena selesma maupun influenza., alasannya adalah
  • Sistem daya tahan tubuh masih lemah dan relatif belum matang dibandingkan orang dewasa karena masih dalam tahap tumbuh kembang
  • Diameter saluran nafas lebih kecil dari dewasa sehingga jika terjadi peradangan saluran nafas, gejala yang ditimbulkan lebih berat, misalnya sesak nafas.
  • Biasanya anak-anak suka mengkonsumsi es, snack atau makanan-makanan tertentu yang bisa merangsang batuk atau pilek bagi anak yang mempunyai riwayat alergi
  • Lingkungan yang kurang baik untuk kesehatan pernafasan misal lingkungan yang tinggi polusi, kelembapan rendah, banyak asap rokok dapat menurunkan daya tahan saluran nafas terutama pada anak.
  • Anak-anak gampang tertular dari dewasa yang menderita flu atau selesma yang tidak memakai masker saat bersin dan batuk.


Mencegah lebih baik dari mengobati

Umumnya flu dan Selesma bersifat sembuh sendiri, sehingga sasaran pengobatannya bersifat meringankan gejala. Istirahat yang cukup serta mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang sangat diperlukan untuk mempercepat penyembuhan.

Berhati-hatilah menggunakan obat-obat over the counter (OTC) untuk flu atau selesma, yang bisa dibeli sendiri tanpa resep dokter. Karena biasanya mengandung lebih dari satu zat aktif dan tak jarang mengandung zat aktif yang kurang dianjurkan untuk anak-anak yang menderita flu atau selesma biasa, misalnya antitusif, dekongestan dan antihistamin. Dekongestan biasanya digunakan pada penderita yang mengalami rhinitis alergi tahunan sedangkan antitusif (penekan batuk) digunakan pada batuk rejan, berupa batuk hebat dan terus-menerus

Pencegahan merupakan obat paling mujarab mengatasi selesma dan flu.
Hal-hal yang dapat dilakukan adalah
  1. Rajin mencuci tangan dengan sabun terutama jika baru pulang dari bepergian keluar rumah.
  2. Menghindari kontak dengan penderita influenza.
  3. Menggunakan masker, terutama dalam ruang tertutup, misal dalam kereta, mall atau ruang kerja.
  4. Makan makanan yang bergizi, perbanyak sayur dan buah yang mengandung banyak vitamin untuk membangun daya tahan tubuh
  5. Tetap olah raga teratur dan istirahat yang cukup
  6. Jika ada gejala flu, terutama demam tinggi segeralah kedokter
  7. Dianjurkan untuk vaksinasi influenza..

Vaksin flu isinya selalu berubah tiap tahun, disesuaikan dengan serotipe virus yang berkembang tahun itu. Dan yang perlu digarisbawahi adalah vaksin ini mencegah penyakit yang ditularkan oleh virus influenza dan bukan untuk mencegah semua gejala batuk pilek. Sebagaimana kita ketahui diawal bahwa selesma penyebabnya bermacam-macam, terutama rhinovirus, adapun influenza menyebabkan gejala yang lebih berat. Apalagi influenza bisa menyebabkan komplikasi radang paru terutama pada golongan yang rentan, seperti anak dengan penyakit jantung, ginjal, asma juga pada usia lanjut. Dan Komplikasi influenza inilah yang dicegah dengan pemberian vaksin inluenza.

Antisipasi Selesma/flu 

Siapkan obat-obat berikut untuk antisipasi jika flu/selesma.
  • Obat penurun panas jika temperatur diatas 38,5 C
  • Obat pengencer dahak (misalnya ambroksol dan erdostein),
  • Jika hidung tersumbat bisa menggunakan tetes hidung yang berisi cairan fisiologis dan untuk mengurangi sumbatan, posisi tidur bayi atau balita dianjurkan miring atau tengkurap.
  • Terpenting, perbanyak anak minum air putih hangat, karena selain membantu mengencerkan dahak juga bisa menurunkan panas secara lebih alami.
  • Hindari penggunaan antibiotika yang tidak diperlukan, kecuali dokter dapat membuktikan indikasi adanya infeksi bakteri.
  • Orangtua dapat memberikan multivitamin jika terdapat kesulitan asupan makan selama sakit sehingga kebutuhan vitaminnya dicukupkan dengan penambahan multivitamin.
  • Pemberian antivirus atas anjuran dokter ^_^


Semoga bermanfaat


#artikel yang mirip pernah di muat dimajalah dokter kita dan web fahima.org

Merantau

Imam Syafii berkata :
"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.
Merantaulan, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan.
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang.
Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa.
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran.
Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam,
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.
Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang.
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan "

Syair inilah yang menjadi penghibur dan penguat keluarga kami ketika jauh dari keluarga besar. Justru dengan merantaulah banyak hikmah dan pengalaman baru yang didapat.

Para Pengemban Ilmu

Menurut Adz Dzahabi, Orang berilmu menjaga lisannya karena Allah.
Jika takjub pada bicaranya dia Diam. Jika takjub pada diam nya dia Bicara.

Ucapan Asy-Syafi'i untuk renungan pagi ini, "Aku sangat ingin agar manusia memahami ilmu ini dan tak menyandarkannya padaku sedikitpun".

-bukan ilmu sejati, jika membuat mu merasa lebih tinggi. Bukan pemahaman hakiki, jika membuat mu enggan belajar lagi-

Tinggi nya cita, menyempitkan waktu santaimu.
Dalam nya Ilmu, meluaskan jalan baktimu.
Ketika ilmu yang di bincangkan lebih banyak dari pada yang di asup seharian; hampa dan ngilu menyesak ke kerongkongan.
Tabiat ilmu berlelah-lelah.
Sebab ia jalan tuk naik ke ketinggian; pendakian terjal, udaranya menipis, sesak dan payah.

Walau terlanjur dianggap berilmu, jangan malu mengatakan "aku tak tahu".
Dengan begitu Allah yang kan jadi Guru mu. 
Jagalah ilmu dengan amal. 
Jagalah amal dengan ikhlas. 
Jagalah ikhlas dengan istiqomah. 
Jagalah istiqomah dengan ihsan.
Kesalahan para MUDA ; mengira kecerdasan penentu pengalaman.
Kesalahan para TUA; mengira pengalaman penentu kecerdasan.


KCMM -Salim A Fillah-

-----------------------

Begitu juga motto Lajnah al Falah, keluarga kami, ingin menjadi keluarga pengemban, pencinta ilmu Allah

Wisuda TK yang Penuh Makna


Orang bijak mengatakan, dimana pun berada, ambillah yang baik dan tinggalkan yang buruk. Banyak pengalaman berharga yang bisa di ambil dari pendidikan jepang, walau ada juga yang membuat hati ketar ketir khawatir dengan budaya mereka yang bebas.

Salah satu pengalaman berharga yang sempat kami alami di Jepang, adalah saat mengikuti Upacara kelulusan TK atau bisa dibilang wisuda. Diluar dugaaan saya bagaimana biasanya acara anak-anak, wisuda TK ini berlangsung khidmat dan penuh haru, khas orang jepang : resmi, tepat waktu dan tanpa makan-makan, apalagi hiburan. Kebetulan anak saya sekolah di TK swasta, “Shiraume yochien” namanya. Dipilih karena alasan jarak yang dekat dan ada teman indonesia yang juga sekolah di sana.

Setelah kata sambutan dari Kepala sekolah dan pejabat-pejabat daerah, anak- anak dipanggil maju kedepan satu persatu, untuk menerima piagam kelulusan dari kepala sekolah. Teratur dan rapi sekali, anak-anak sudah mengerti kapan bersiap dan berdiri, kapan berbaris disamping dan kapan maju kedepan, Dengan dipandu guru/sensei dan tentu nya sudah dilatih beberapa hari sebelumnya. Kemudian setiap anak yang sudah menerima piagam akan dengan lantang menjawab “Arigatou gozaimasu =  Terima kasih” sambil membungkukkan badan khas orang Jepang kepada kepala sekolah kemudian kepada para hadirin.

Saya berkali kali berdecak kagum, “hey, mereka masih TK”, mereka yang keseharian nya lebih banyak bermain, bercanda dan tentu saja masih sering menangis. Tak percaya rasanya melihat anak-anak usia 6 tahun-an ini bisa bersikap serius dan resmi layaknya wisudawan universitas tapi tetap tidak meninggalkan ke-khas-an mereka sebagai anak. Patut diacungi jempol kebiasaan ini.

Acara juga di isi dengan arahan dan pesan kesan dari kepala sekolah dan pejabat pemerintah. Nasihat mereka ringan, khas gaya bahasa anak-anak tapi bermakna dalam dan membakar semangat berjuang. Anak anak tidak diminta untuk rajin belajar, jadi anak pintar dan berprestasi. Tapi justru di anjurkan untuk menikmati sekolah baru dan harus bersemangat.

Berikut petikan kata sambutan-nya, dalam gaya bahasa Indonesia kurang lebih seperti ini :

Kepala sekolah dengan tenang berkata :
“Waah, kalian mau lulus ya, senang ngga di Shiraume? Anak-anak kompak menjawab  ”senang”. Lalu bertanya lagi “siapa yang mau tetap disini?” tidak ada yang menyahut , lalu sambil pura-pura sedih beliau berkata “wah saya bakalan sabishi (kangen) dong”

“Kalian akan memasuki dunia baru di shougakko (SD), mungkin akan ada yang menangis, tidak mau main dan lain-lain, tapi itu wajar. Berjuanglah di dunia baru itu sambil menikmati hari baru itu, semua hari adalah hari-hari tanoshi (menyenangkan).

”Di shougakko, kalian akan punya teman baru, belajar bersama sama,  campingbersama-sama, berenang, dan saya minta kalian untuk bersenang-senang saat belajar, siap?” Serontak anak-anak menjawab “Haiiikkk!”

“Nanti di SD kalian tunjukkan betapa tekunnya alumni Shiraume, perlihatkan bahwa kalian orang yang gemar ganbatte (semangat berjuang)”

“Jikalau kalian punya waktu, sekali-sekali mainlah kesini, temui adik-adik kalian, mereka akan senang bisa lihat kakak-kakaknya kembali untuk mereka”

Anak anak-pun lebih dianggap sahabat oleh sensei, hubungan guru-murid cair tapi tetap dalam batas sopan. Selama ini saya sering melihat sensei-murid bercanda, bergelayutan tanpa segan. Dan hari itu, saat menunggu acara dimulai, didalam kelas Sensei berkata :
“Saya sangat-sangat sedih berpisah dengan kalian semua, tapi memiliki kalian sebagai sahabat saya, benar-benar menyenangkan buat saya, terima kasih selamanya” sambil menyeka air mata berkali-kali. Dan anak-anak pun berebutan memeluk Sensei yang selama setahun ini membersamai mereka.

Tapi yang lebih berkesan justru ketika pembacaan kesan dan pesan dari perwakilan murid, 2 orang.
“Kami jadi begini (murid baik) karena Sensei2 kami, selamanya kami ingin berterima kasih”
“Kami sering membuat repot, namun sensei-tachi tidak marah, kami berterima kasih”

Begitulah, kata kata mereka mengalir biasa tapi sarat makna

http://edukasi.kompasiana.com/2014/04/20/wisuda-tk-di-jepang-yang-penuh-makna-649562.html

Ramadhannya si Ichi Nensei


Rasa nya menjadi kelas 1 SD telah merubah banyak hal pada anak pertama saya ini. Seperti sikap nya sebagai orang asing dan satu-satu nya muslim di koudo shougakkou. Dimulai dari kerelaan hatinya untuk konsisten berjilbab,pun saat berenang. Berbesar hati ketika harus  makan bento full dari rumah, kemudian ketegasannya saat ditawarkan makanan oleh teman dan senseinya.

Begitu juga Ramadhan tahun ini, umur nya 6 tahun. Saya tidak memaksanya untuk puasa full di weekdays, karena selain musim panas menyengat serta lama (16,5 jam) kegiatan SD disini banyak aktivitas outdoor nya. Kalau weekend, insyaAllah sampai magrib, walau sahur molor :)

Ada 2 kejadian baru-baru ini yang membuat saya tercenung dan terharu.

Kejadian pertama adalah saat dia bertanya sampai kapan kita puasa, sampai tanggal berapa. Saya pikir karena dia mengeluh, puasa kok lama sekali? hehe. Belakangan saya baru tahu setelah melihat buku renrakuchou (buku pengantar orang tua-murid), ternyata si F cerita ke senseinya kalau sedang puasa, kemudian sensei nya bertanya sampai kapan. karena saat itu belum tahu jawabannya, jadi bertanya dulu sama ibu nya dan jawaban nya di tulis sendiri dibuku renrakuchou (gambar bawah kiri)  T_T.
ibu nya memang ga kepikiran ngasih tau sensei, hiks.

sensei pun merespon : taihen desu ne (berat yaa).
gapapa ya nak, taihen taihen di dunia, tanoshi tanoshi di akhirat, insyaAllah ..Aamiin

Kejadian kedua, saat 2 orang temannya datang kerumah, menjemput untuk membuat PR dan bermain bersama. Nah salah satu kebiasaan anak-anak jepang, saat  bermain terutama musim panas adalah membawa suito (botol minum). terjadilah dialog berikut

Y-chan : fahira, Suito wa? (botol minumnya mana?)
F : ee, bla bla asa kara, yoru made. mizu nomanai, oyatsu tabenai bla bla (intinya jelasin kalau sedang puasa, jadi tidak makan minum dari pagi sampai sore/malam)
Y dan A chan : eee, sokka,

Alhamdulillah, walau tidak selalu full, setidaknya sudah memahami hakikat puasa dan bisa menjelaskan ke teman dan sensei mengenai puasa ini,

Dan minggu lalu kami mendapat jadwal untuk bertemu langsung dengan Kosuji-sensei (guru kelas Fahira). Beliau sangat senang dengan cara Fahira beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Walaupun diawal banyak hal yang dirasa aneh oleh teman-temannya, misalnya cara berpakaian, makan bento dari rumah, cara berganti pakaian yang harus di ruangan tersendiri, juga pakaian renangnya, namun Fahira tampak easy going dengan keunikannya dan teman-teman kini sudah sangat paham dan menerimanya apa adanya. bahkan banyak yang kagum dengan puasa Fahira dan memberi semangat.
Sensei mengatakan bahwa hari ini Fahira sudah benar-benar menyatu dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari teman-teman secara kolektif. Apapun keunikan-keunikan baru Fahira yang belum terungkap, sudah bisa dimengerti sepenuhnnya oleh sekolah dan teman-teman.


Semoga Allah selalu menjaga Mu nak, tantanganmu dimasa depan akan sangat berat, fitnah dan ancaman pada agamamu akan semakin membayangi..
Doa kami, walau tak lama umur ini membersamaimu, semoga Akidah mu tetap lurus sampai maut menjemput, Aamiin


رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Wahai Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, wahai Rabb kami, perkenankanlah doaku.” (Ibrahim: 40)

Time-Capsule Fahira




Menjelang wisuda TK Fahira akhir Maret 2014 lalu, ada edaran dari TK untuk anak-anak menggambar bagaimana keadaan mereka saat mereka berumur 20 tahun. Setelah menggambar, dengan sedikit warna-warni krayon, Fahira lalu menyerahkannya ke Yuki-sensei (guru TK kelas Fahira) dan dikumpulkan sekelas untuk dimasukkan ke dalam 'Time Capsule'.
Kita mengira awalnya ini adalah sekedar lucu-lucuan saja biar wisuda makin seru.
Lalu minggu lalu kami terima album kenang-kenangan TK Adachi-Shiraume, TK-nya Fahira. Selain berisi banyak sekali foto-foto aktivitas Fahira di TK, ternyata ada ajakan sebagai berikut:

"Jadwal Membuka Time Capsule, harap kumpul di TK Adachi-Shiraume pada jam 10 pagi, hari Sabtu, 15 Januari 2028"

MashaaAllah, anak-anak ini diajak untuk memvisualisasikan mimpi-mimpi yang mereka ingin mereka wujudkan pada umur 20 tahun melalui gambar yang mereka buat sendiri saat berumur 6 tahun.
Lalu mereka diminta berkumpul kembali pada jadwal yang sangat detail di masa depan tahun 2028, tepat saat mereka semua berumur 20 tahun. Disaat itu, mereka (inshaaAllah) akan membandingkan mimpi mereka sebagai anak kecil, dengan pencapaian-pencapaian mereka sebagai remaja.
Saat itu (inshaaAllah), Fahira akan bertukar banyak sekali cerita dengan teman-teman lamanya.
Berbagi kembali kisah-kisah seru ketika mereka belajar berenang pertama kali.
Mengenang-kenang saat mereka belajar beraneka-ragam bunga dan buah-buahan saat field trip.
Akan ada tawa, namun banyak tangis haru.
Bahwa mereka pernah menjadi bagian dari Adachi-Shiraume dan merasakan langsung pendidikan khas ala Jepang di masa kecil.

Semoga Allah kasih saya dan Yayangda Lusiana Sofyan umur yang cukup untuk mengantar Fahira kembali membuka Time Capsule di tahun 2028.
Dan semoga Allah menjadikan diri kita lebih baik dari apa yang pernah kita mimpikan, Aamiin

Abu fahira

SD di Jepang : Sehat, Mandiri dan Ceria


Usia 6 Tahun mempunyai banyak makna di Negeri Sakura. Bisa dikatakan merupakan batu loncatan pertama dari kanak-kanak ke fase baru yang lebih menantang, dengan tingkat kewajiban serta kemandirian yang lebih tinggi. Seorang anak boleh melanjutkan ke sekolah dasar (SD) atau shougakkou jika pada tanggal 1 April usianya sudah 6 tahun. Peraturan terkait batas umur ini ketat sekali, kurang satu hari saja tidak diperbolehkan untuk masuk.
Siswa kelas satu SD disebut ichi-nensei (murid tahun pertama). Ichi-nensei merupakan suatu “pangkat” yang istimewa. Mereka mulai memakai randoseru, sejenis tas ransel khusus khas Jepang yang harga normal berkisar 50-80 ribu yen (5-8 juta rupiah). Budaya di Jepang, nenek-kakeklah yang membelikan sebagai hadiah. Memang terbilang mahal, tapi umumnya mempunyai kualitas yang bagus dan garansi selama 6 tahun. Jadi merupakan hal yang sangat wajar jika ransel anak SD di Jepang selama 6 tahun tidak pernah ganti. Bahkan, saat mereka lulus pun kualitas tas ransel ini masih bagus, sehingga tak jarang masih bisa di jual di recycle shop.

sumber foto randoseru

Seorang anak SD akan berangkat sekolah sendiri tanpa diantar-jemput orang tua, tetapi mereka harus bersama-sama siswa lain yang rumahnya berdekatan. Anak-anak dikelompokkan menjadi grup dan sekolah telah menentukan tempat bertemunya mereka dipagi hari. Yang menjadi ketua rombongan adalah anak kelas tertinggi yang ada dalam grup tersebut, biasanya siswa kelas 6. Sekitar 2 minggu sebelum hari pertama sekolah, Anak saya sudah mendapat kartu pos dari siswa kelas 6 yang berisi ajakan berangkat sekolah bersama dan tertera jam serta tempat dimana harus kumpul, Menurut saya ini termasuk budaya baik, yaitu terencana dan walau masih kecil sudah terbiasa mengirim pos.

1412335579666789102
Salah satu spot, tempat kumpul untuk kemudian bersama-sama ke Sekolah dalam barisan yang rapi.

Untuk keamanan, anak SD diwajibkan selalu membawa ‘bouhan bozai’, yaitu sebuah alat sejenis alarm gantung yang jika ditekan akan mengeluarkan bunyi keras. Anak-anak akan mengaktifkan alarm ini jika ada sesuatu atau seseorang yang mencurigakan atau membahayakan. Jika ada dewasa yang mendengar suara ini, maka diharapkan segera menuju sumber suara dan membantu, atau jika perlu menghubungi pihak berwajib. Khusus untuk anak kelas 1, selama setahun pertama mereka wajib menggunakan topi dan cover kuning pada tas randoserunya (bisa dilihat difoto paling atas), yang menandakan bahwa anak ini masih harus lebih di perhatikan (anak baru).


Alarm keamanan atau bohan bouzai, sumber foto di sini

Tingkatan pendidikan di Jepang sama dengan di Indonesia yaitu enam tahun SD, tiga tahun SMP, tiga tahun SMA dan Perguruan Tinggi. Pendidikan dasar (SD-SMP) tidak mengenal ujian kenaikan kelas, jadi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir kelulusan juga tidak ada, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP dengan sistem rayon, kecuali jika ingin mendaftar sekolah swasta. O iya, sekolah negeri dari pedesaan sampai kota metropolitan seperti tokyo memiliki standar kualitas yang sama, dan gratis.

Menurut Akeno Yuki dalam artikelnya berjudul ‘Mengintip Kurikulum Pendidikan di Jepang”, sebenarnya sifat dan karakteristik kurikulum di Jepang hampir sama dengan kurikulum SD di Indonesia. Hanya yang membedakan adalah pada mata pelajaran kebiasaan hidup yang umumnya diajarkan di kelas 1 dan 2. Tujuan utama diajarkan mata pelajaran ini adalah untuk mengenalkan dan membiasakan anak-anak pada pola hidup mandiri. Anak terbiasa membereskan peralatan belajar sendiri, merapihkan kelas, membersihkan toilet sendiri (tidak ada petugas kebersihan khusus di sekolah) dan bergiliran menjadi penyedia makan siang teman-teman (tentang makan di sekolah sudah saya tulis di sini

Sekolah dasar di Jepang lebih mendahulukan memperkenalkan tata cara kehidupan sehari-hari. Kegiatan akademik, umumnya berlangsung dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore. Tetapi biasanya ada pelajaran tambahan untuk siswa kelas 4 keatas. Pelajaran utama seperti bahasa Jepang dan berhitung mempunyai porsi yang lebih dibanding pelajaran lainnya. Sedangkan pelajaran moral diajarkan tidak secara khusus dalam mata pelajaran tertentu, tetapi diajarkan oleh wali kelas dalam cerita atau diintegrasikan melalui pelajaran lain. Para murid juga disibukkan dengan mata pelajaran musik dan menggambar, jadi wajar saja anak Jepang dari kecil, kemampuan menggambar dan bermain musik rata-rata sudah bagus (bukan hanya bisa menggambar 2 gunung legendaris seperti saya hehe). 

Begitu juga dengan kegiatan olahraga, porsinya sangat besar yaitu hampir setiap hari. Mungkin ini juga yang membuat anak Jepang jarang yang obesitas, selain pola makan yang sehat. Dimusim panas, olahraga lebih sering berupa berenang, juga hampir setiap hari. Rata-rata SD di jepang mempunyai kolam renang sendiri.

Lapangan olahraga yang luas
Ruang kelas tidak kaku, tidak ada foto presiden atau pejabat lainnya. Dinding dalam maupun luar kelas hampir semua ditempel dengan hasil karya anak-anak, daftar piket makan, berbagai kosa kata bahasa jepang, Juga ada perpustakaan mini dan beberapa tumbuhan hidup untuk sarana belajar.
Suasana dalam kelas, posisi kursi-meja bisa di ubah, semua menghadap kedepan atau berkelompok

Yang tak kalah menyenangkan, kegiatan belajar tidak hanya di dalam kelas. Secara berkala mereka mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan lahan pertanian atau perkebunan untuk belajar memetik teh, jeruk, menggali umbi-umbian, bahkan belajar menanam padi di sawah (biasanya di daerah luar Tokyo). Anak saya sampai hafal banyak jenis serangga dan tak jijik atau takut memegangnya. 

Dilain waktu, siswa secara berkelompok diajarkan cara menumpang kereta (densha) untuk melatih kemandirian. Selain itu ada kegiatan wawancara dengan orang-orang tertentu sebagai narasumber, bisa tetangga atau orang-orang yang lewat di jalan. Saya pernah melihat anak sekolah yang sedang mewancarai turis. Semua percaya diri, tak terlihat malu-malu dan pihak yang diwawancarai pun menjawab dengan serius, walau pewawancara hanyalah anak kecil, Anak-anak ini dari kelas 1 sudah dibiasakan untuk “berbicara”, baik di tempat duduk maupun maju ke depan. Ini adalah hal yang saya catat baik-baik ketika ada kegiatan kunjungan orang tua ke Sekolah. 

Ada sesi yang mana sensei menyebutkan sesuatu atau menanyakan sesuatu dan setelahnya hampir semua anak menunjuk tangan, tanda ingin menjawab. Setiap ada pertanyaan, selalu begitu. Semua berteriak : “haaik” seraya menunjuk tangan. Tidak penting jawabannya benar atau tidak. Sungguh membuat saya berdecak kagum, teringat kala sekolah dulu, jarang sekali saya dan teman-teman sekelas berani menjawab, Bahkan lebih sering menunduk dalam-dalam agar tidak ditunjuk oleh guru. Dilain waktu siswa juga mendapat tugas membuat penelitian-penelitian kecil untuk dipresentasikan di depan kelas.
1412335686252489797
14123357201155229976
Tugas liburan pun umumnya yang merangsang kreativitas dan tanggung jawab, misalnya merawat tanaman bunga “Asagao” yang harus ditulis perkembangannya, berkreasi dengan barang bekas, meminjam dan membaca buku di perpustakaan dan banyak kegiatan seru lainnya.

Intinya kegiatan bermain sambil belajar di Jepang ini terhimpun dalam tiga kata: Sehat, Mandiri dan Ceria.