Sunday, June 28, 2015

Back For Good


Setelah 4 tahun lebih menetap di Tokyo, Jepang, tibalah saatnya kami sekeluarga harus kembali ke negeri kelahiran. Pastinya tak mudah. Waktu itu datang baru bertiga dan hanya dengan modal keyakinan bahwa akan bisa bertahan di negeri yang huruf tulisan, bahasa, kultur dan musim yang benar benar berbeda. Intinya, dulu modal 'pede aja lah' , lain lain belakangan, hehe.

Ternyata benar kata imam Syafii 'merantaulah, kau kan dapati pengganti dari orang-orang yang kau tinggalkan, kerabat dan kawan'. Baru beberapa hari datang dan belum puas berbengong-bengong ria dengan lingkungan sekitar sudah ada sahabat sesama Indonesia yang datang kerumah, kala itu baru kenal padahal :). Diajak ke pengajian rutin ibu-ibu Ayase dan ikut serta dalam pembentukan TPA Hikari, yang kisahnya bisa dibaca disini. Benar-benar serasa hidup dinegeri sendiri, ternyata di Tokyo, khususnya Ayase orang Indonesianya ramai dan baik-baik. Alhamdulillah.

Sehingga semua urusan menjadi mudah. Ditunjukkan supermarket Belx yang murah meriah, terutama hari selasa (serba 88 yen), diberi banyak kenalan, jadi barang-barang rumah tangga kebanyakan turunan, dibantu mengurus sekolah Fahira, ditemani ketika diawal harus ke klinik dan puncaknya ketika melahirkan Fahri, saya yang panik karena tekanan darah melonjak tinggi dan harus operasi segera, cuma disuruh tenang dan duduk manis, karena yang lain sudah ada yang mengurus, termasuk masalah makanan Fahira dan Abi serta urusan TK. Begitu juga ketika Fahri (ketika usia 1,5 bulan harus dirawat di RS karena insfeksi RSV), doa, bantuan dan kunjungan tak berhenti. Masyaa Allah.

Selain itu Alhamdulillah tak perlu waktu lama, begitu datang ke Jepang langsung dapat kelompok melingkar penstabil jiwa alias tarbiyah :). Kemudian juga  ikut merasakan semangat berorganisasi dan kepanitiaan dengan bergabung di Fahima dan KMII, yang terasa ada yang kurang kalau dalam seminggu tidak ada rapat online, hehe. Masih terbayang serunya persiapan-persiapan untuk acara-acara di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), datang lebih pagi dengan bawaan yang super banyak dan dijalan, dalam kereta atau bus masih sibuk menyimak grup panitia di Line atau whats app. (Untuk sahabat fahima-KMII semoga Allah mudahkan program-program untuk umat selanjutnya). Dan keberuntungan yang lain adalah bisa mendengar langsung tausyiah, taujih dari ustad-ustadzah istimewa yang luas ilmu dan padat agendanya ketika di Indonesia.

-----

Terlalu manis untuk dilupakan, dan menjadi berat untuk ditinggalkan. Itulah yang kami rasakan dibulan dan mingu terakhir sebelum pulang. Semua yang biasa menjadi lebih bermakna, dimulai dari menjadi selalu mellow ketika perjalanan rumah-stasiun, status-status lebay di facebook ;p, memori iphone yang cepat penuh dengan foto-foto  peristiwa dan benda-benda sekitar, dimulai dari foto berbagai sudut rumah, bahkan bunga dipekarangannya >_<, klinik dokter anak langganan, TK dan SD si Kakak, kegiatan Fahira bersama teman-temannya, supermarket dan banyak spot yang lainnya. 

Agenda pun menjadi padat, dimulai dari packing yang tak kunjung selesai, walau sudah dicicil dari 6 bulan sebelumnya (whats? :D). Juga makin banyak kunjungan dan undangan perpisahan untuk kami, baik dari professor, senior dan teman-teman kampus suami, para tetangga Jepang, juga dari sahabat termasuk grup pakistan -smile-, dan kelompok pengajian serta organisasi. Meleleh, begitu banyak perhatian, limpahan kasih sayang, doa-doa yang dipanjatkan juga hadiah-hadiah yang diberikan serta dikirimkan. Padahal, selama ini justru kami lah yang banyak merepotkan ;'(.

Begitu juga dengan kakak Fahira, diakhir-akhir sekolah mendapat momen khusus dari guru, misal ada slot khusus foto bersama sekelas, menjadi pemeran utama saat pelajaran memasak kacang dan beberapa kegiatan lain. fahira juga banyak sekali mendapat surat perpisahan, hadiah dan foto dari Sekolah, tetangga dan teman-teman, baik teman Jepang maupun Indonesia.

Atas izin Allah bantuan selalu datang dari orang-orang pilihan, ketika memindahkan barang-barang besar terasa ringan karena dibantu trio pulmo aksis Hiroshima-Juntendo, duo Ooyata danchi plus duo Romeo Juliet :D. Bahkan di hari H saat harus meninggalkan rumah, (jujur walau sejak menikah kami sangat sering pindah, lebih dari 15 kali kayaknya, proses mengunci pintu terakhir unit 503 ini adalah momen paling berat), tak diduga bala bantuan datang lagi tanpa diminta. Membantu membereskan rumah, tetangga philipine yang bersedia dititipkan sampah yang banyak karena hari itu bukan jadwal membuang sampah, bantuan urusan serah terima kunci sampai mengantarkan ke hotel dekat bandara Narita. Speechless, Semoga Allah membalas kebaikan sahabat semua ;'(. 

Mengutip status facebook Abu Fahri : 

Semua orang-orang baik yang pernah berinteraksi dengan kami, mereka tidak pernah pergi dari hati kami.
Selamanya mereka ada dalam hati kami.
Sungguh kami mohon maaf jika kepergian kami terasa berat buat mereka. Berpisah dengan orang-orang baik itu terasa berat. Amat berat buat kami.
Sungguh, kami boleh saja tergantikan oleh orang-orang yang lebih baik dari kami. Namun percayalah, orang-orang baik ini tidak pernah tergantikan buat kami.

Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah mencintaimu yang telah mencintaiku karena-Nya)


No comments:

Post a Comment