Saturday, May 20, 2017

Ummi-ku Dokter

dokter Fahri
Percakapan siang kemarin di Poli

Pasien : “dok, saya mulai hari ini kalau kontrol ke dokter saja ya dok” sambil menatap penuh harap.
Saya : “oh boleh bu, tapi saya di divisi alergi cuma 4 bulan, habis itu muter lagi
Pasien : “gapapalah dok, lumayan 4 bulan. Saya mulai sekarang sama dokter ya.”

Pasien tersebut diatas adalah seorang Ibu dengan diagnosis systemic lupus erythematosus, suatu penyakit autoimun yang harus rutin kontrol, mungkin sepanjang hidupnya. Sehingga tentu saja akan mencari dokter yang akan membuatnya nyaman dan betah, asumsi saya karena sesama perempuanlah beliau meminta kontrolnya dengan saya. Alhamdulillah saya ada yang suka :D
Oiya perkenalkan, saya Ibu 2 anak yang saat ini sedang sekolah lagi ambil spesialis, atas izin suami, orang tua, mertua dan keluarga besar.
Sebelumnya sempat berprofesi jadi dokter umum 24 jam, dokter PTT, pedagang online-offline, dan sempat jadi full time mother 5 tahun, makanya sekolahnya telat, hehe
Kita diajarkan Motto hidup : hidup itu adalah untuk memberi manfaat. Jadi mau memilih jadi profesi apapun, usahakan tetap dengan visi tersebut, hiduplah untuk memberi manfaat. Saya selalu berusaha tanam terus dalam-dalam visi ini (tentu harus terus diingatkan, oleh karena itu hadir ngaji rutin itu penting, untuk mengingatkan terus visi hidup ^_^)
Khususnya mengenai pilihan, menjadi peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS), tentu saja hasil konsultasi dengan para sahabat yang sudah duluan sekolah, istikharah hitungan malam, maju, mundur. Awalnya saya ragu karena tahu, betapa akan beratnya menyandang predikat sebagai PPDS, khususnya teman2 saya di bagian Obsgyn, Anak, IPD, Bedah. Mereka dengan menjadi PPDS, maka tak jarang air mata akan tertumpah, lelah tak terkira, kantuk datang tak tertahankan setelah shift jaga malam, emosi yang harus dijaga di Rumah sakit pun di Rumah. Pernah sahabat saya, PPDS anak baru pulang jaga malam, langsung memboyong suami dan dua anaknya ke hotel hanya untuk beberapa jam, karena liistrik dirumah kebagian mati lampu, sedangkan besok pagi harus maju presentasi laporan jaga >_<. Praktis tidak tidur lebih dari 48 jam. Beruntung suaminya mendukung dan sangat memahami :)
Hingga singkat cerita, akhirnya suami dan keluarga besar yang mendorong saya untuk maju. Kata suami saya saat itu : “ambil kesempatan ujian sekarang, lalu buktikan takdir Allah, saya Ridho”. Dan berbekal titah demikianlah, saya mencoba ujian masuk. Dan alhamdulillah diterima, saat pengumuman keluar, saya langsung berdoa “Ya Allah, mohon tuntunlah hamba agar nanti menjadi PPDS yang tetap LURUS’.
Benar saja, jadi Ibu yang kebetulan menjadi PPDS, sungguh tak mudah. Di rumah sakit harus punya bekal sudah baca untuk acara ilmiah pagi, diskusi dengan dosen, lanjut kerja poli bertemu pasien-pasien yang dengan penuh harap penyakitnya tertangani, sore pulang ke rumah dan mengecek PR anak-anak, memastikan ketersediaan makanan sekeluarga, sambil menyiapkan keperluan untuk ke-esokan hari. Terkadang akan dapat jadwal shift jaga malam, tak pulang sampai esok sore-nya lagi. Tentu saja berangkat jaga setelah menyiapkan segala hal, keperluan rumah siap ditinggal 2 hari.
Jadi kalau mau punya waktu belajar atau membuat tugas, otomatis yang harus dikorbankan adalah waktu tidur/istirahat. Teringat kisah ustadzah yoyoh yusro, nambah anak satu itu berarti adalah mengurangi waktu tidur minimal satu jam. Nah kalau menurut saya menjadi emak-emak PPDS ibarat nambah anak 2-3, yang artinya harus mengurangi jatah tidur minimal 2-3 jam perhari. Buka laptop diam-diam ditengah malam-dini hari, agar anak tidak terbangun. Belum lagi beban tugas dari dosen, tekanan senior, ujian ingin “ngerjain” junior, gosip sana sini, pasien yang terkadang nyeleneh, yang dapat membuat goyah si emak PPDS.
Tentu akan banyak yang berkomentar, kalau begitu berat, ya tidak usah jadi PPDS. Komentar ini wajar, karena dasarnya benar wanita umumnya di rumah, mengurus rumah tangga, membina anak-anak. Tetapi tetap saja harus ada wanita diprofesi ini untuk kepentingan hajat hidup orang banyak, terutama hajat hidup para wanita juga, seperti pasien saya tadi. Dan alhamdulillah masih banyak para sahabat, para wanita perkasa, terus melanjutkan perjuangan menjadi PPDS. 

Wallahu alam niatnya, tentu macam-macam. Tapi jangan khawatir, tidak sedikit yang memilih jalan ini niatnya memang karena cinta dengan ilmu terkait, dan ingin bermanfaat untuk ummat.
Dan jika si emak-emak PPDS ini ikhlas, maka banyak lahan ibadah di profesi ini, Imam syafii pernah berkata ilmu kedokteran adalah ilmu terbaik setelah ilmu Fiqih. Teruslah semangat, jangan lupa amalan yaumiah kita, dan teruslah berdoa “semoga Allah lindungi, dan kita terus dijaga menjadi PPDS yang “LURUS”. 

Yang perlu diingat, ketika kita keluar rumah atas ridho suami dan niat yang lurus, maka bismillah, insyaAllah akan Allah permudah, sekolah lancar, suami dan anak-anak kita titipkan kepada Yang Maha Menjaga. 
Saya juga punya sahabat, lulus PPDS dengan nilai terbaik, anak empat, berprestasi di sekolah dan hafalan-pun banyak. masyaAllah berkah pejuang ilmu:), semoga kami juga bisa demikian


Oiya Setelah membaca tulisan yang sedang hangat, isinya nasihat yang baik tetapi memang dari sudut pandang berbeda tentang profesi ini, saya iseng bertanya ke anak saya 
Saya : “kakak, seneng ga kalau ummi-nya dokter?
Kakak : “seneng”
Saya : “kenapa kak?”
Kakak : “karena kalau aku sama adek sakit, ada yang ngobatin, waktu kemarin aku luka, yang nyuntik dan jahit ummi sendiri, jadi ga takut”
Saya : “alhamdulillah, berarti nanti kakak mau jadi dokter juga?
Kakak : “engga, kakak mau jadi guru agama di SDIT
Saya : “Waah, bagus banget kak cita-citanya, tapi boleh ga kerja sampingannya sebagai dokter anak? Agar nanti cucu cucu ummi, kalau sakit ada yang ngobatin, hehehe
----
#alhamdulillah anak saya ikhlas umminya seorang dokter PPDS, mohon doa sahabat agar cepat lulus dan tetap lurus, aamiin :)
Dan mari kita ambil peran masing2, untuk menebar manfaat tanpa saling menyudutkan :)

Wednesday, April 27, 2016

Kawaii Bentou

Di TK nya Fahira (Shiraume Yochien), setiap hari Kamis-Jumat, bekalnya adalah bento mama, yang menunya tidak ditentukan oleh Sekolah, (seperti bahasan sebelumnya tentang bentou TK) tetapi full kreasi ibu di rumah. Para mama diharap membuat bento yang lucu sehingga anak-anak semangat untuk menghabiskan. Tentu saja jumlah kalori diupaya kan sama dengan bento senin-rabu, yaitu sekitar 430-450 kcal.

Hari-hari pertama nenchu-san (kelas tengah) boleh di bilang bento nya fahira sangat biasa, hanya nasi dengan lauk, sayur dan buah tanpa hiasan kalaupun dihias, minimalis. Hingga suatu hari sepulang sekolah, Fahira berkata
F : "ummi, bento teman-teman kawaii semua, ada robot, ada hello kitty, ada panda dan lain-lain".
U : "Gleg, sebegitunya nak T_T".
F : "iyaa, besok bento hello kitty ya"
U : #$@#$@$

Baiklah, dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.
 "Mari kita belajar kawaii bento!" tekad saya dalam hati.

Pertualangan-pun dimulai, dengan modal buku-buku pinjaman/hibahan, juga beberapa alat bento sederhana yang didapat di Daisho (hyakuen shop), berbagai tema kawaii bento pun dicoba. Walau masih jauh dari contoh di buku, tapi hasilnya lumayan, Fahira selalu menghabiskan bekal nya, termasuk tomat mini, salada dan berbagai sayur yang sebelumnya tak disentuh. Alhamdulillah, saya pun semakin semangat. Dan karena anak saya perempuan, tentu saja tema yang dipilih pun bernuansa kawaii, khas perempuan. :).

Berikut beberapa hasil yang sempat di dokumentasikan. 

Tema : Jamur Lucu



muka si-jamur terbuat dari keju slice, topi jamur dari kani (kepiting olahan), mata, mulut dan hidung dari nori yang dibentuk.

Tema : Kebun Bunga



Tema bento ini tidak memerlukan tekhnik khusus, hanya membulatkan kecil nasi dengan plastik wrap. Kemudian disusun. Untuk mendapatkan nasi berwarna pink, saya tambahkan saus tomat, dan warna kuning saat menu rumah hari itu nasi kuning :).
Lebah kuning di gambar kedua, dari telur puyuh rebus yang direndam bubuk kunyit selama 15-20 menit.



KARAKTER
Tema bento berkarakter boleh dibilang yang agak sedikit lebih repot, karena harus dibentuk dan butuh potongan nori yang kecil-kecil, terutama Hello Kitty yang punya banyak kumis :D.

Hello kitty



gambar 1 : Muka Hello Kitty dari keju slice, pita dari kani/kepiting olahan. Mata, hidung dan kumis dari nori.
Untuk muka, dibuat sketsa dahulu di kertas roti kemudian digunting. Letakkan sketsa kertas di atas keju slice. Dengan bantuan tusuk gigi, potong keju mengikuti sketsa. Biasanya sketsa-sketsa kertas roti ini tidak saya buang, tapi disimpan untuk bento selanjutnya.
gambar 2 : hiasan bunga dari wortel yang di bentuk dan keju slice

Doraemon



Mata doraemon dari lobak putih/daikong rebus

Elmo


Muka berwarna merah didapat dari nasi yang dicampur dengan saus tomat, kemudian dibentuk bulat dan dipipihkan, kemudian hias muka sesuai karakter elmo, dengan keju, wortel dan nori.

Si Rambut Merah ;P



Rambut dari tumisan daging cincang, rada berantakan sebenarnya >_<

Sanrio cs


Gulungan roti tawar  dengan hiasan keju karakter dibungkus plastik wrap :). karakter keju dibuat dengan cara yang sama untuk muka Hello Kitty diatas (menggunakan sketsa kertas roti terlebih dahulu)

Selamat mencoba, gampang dan sederhana bukan? :)

Saturday, April 2, 2016

Diet Sehat Ditinjau dari Ilmu Biokimia, Bioenergetika





                                                                   sumber gambar

Masalah berat badan seringkali menjadi momok untuk sebagian orang, terutama pada yang memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) berlebih atau bahkan Obes. Salah satu upaya penurunan berat badan yang dilakukan adalah diet. Banyak sekali kita temui metode metode diet yang dikenal dalam masyarakat. Sayangnya tidak semua diet baik untuk tubuh bahkan ada yang malah membahayakan.

Kemarin dalam kelas biokimia, dosen saya DR. Ani Retno menjelaskan materi mengenai bioenergetika, dan bagian yang membuat saya konsentrasi penuh tentu saja adalah ketika dr Ani menjelaskan bagaimana proses penyimpanan cadangan makanan dan proses penghancurannya, yang menjadi dasar teori bagaiamana diet yang tepat ditinjau dari bioenergetika.

Bahan makanan yang kita konsumsi utamanya adalah untuk diurai menjadi energi. Yang tercepat adalah karbohidrat, akan dipecah terutama menjadi glukosa. Nah, ketika kadar glukosa sudah melebihi kebutuhan sel tubuh, glukosa yang berlebih ini akan disimpan menjadi lemak tubuh, dengan lokasi penyimpanan utamanya terletak di dinding perut. Inilah yang menjadi alasan mengapa bagian tubuh yang pertama kali menggemuk adalah perut. lingkar perut juga yang lebih menjadi parameter untuk resiko terjadinya penyakit kardiovaskular dibanding berat badan atau indeks massa tubuh.

Protein, merupakan makanan yang membutuhkan waktu lama untuk diurai. Oleh karena itu, ketika seseorang makan protein, tubuh yang sedang membutuhkan glukosa untuk energi, akan mengirim signal signal lapar, sehingga tubuh akan membuat cadangan makanan berupa lemak tubuh akan dihancurkan, untuk memenuhi kebutuhan energi tadi. Penghancuran cadangan lemak ini akan lebih efektif lagi jika ditambah dengan olahraga.

Tetapi proses penghancuran lemak dan protein ini selain menghasilkan ATP (energi) juga akan menghasilnya senyawa yang merugikan tubuh, yaitu radikal bebas. Sebenarnya tubuh mempunyai enzim alami, yaitu superokside dismutase untuk membuat radikal bebas ini inaktif, tetapi ketika proses penghancuran lemak dan protein ini cukup banyak, tentu saja enzim alami ini tidak cukup.
Sehingga kita membutuhkan antioksidan tambahan, yang terutama terdapat dalam sayuran dan buah. Sayuran lebih dianjurkan dalam program diet, karena mengandung glukosa yang lebih sedikit dari buah.

Jadi, saran aplikatifnya adalah ketika mempunyai program diet, yang harus dilakukan adalah kurangi karbohidrat, ganti dengan protein, tambah porsi sayuran dan cukup air putih, serta tak lupa olahraga teratur.
Salam Sehat

Monday, March 14, 2016

Paradoks Indonesia Jepang, Ada Banyak Alasan untuk Bangga Menjadi Orang Indonesia


Kemarin kerja bakti lagi di Danchi, apartemen subsidi milik pemerintah Jepang yang mayoritas dihuni oleh para lansia. Seperti biasa, diakhir kegiatan ada absen setiap perwakilan unit rumah. Karena kegiatan kerja bakti ini merupakan program wajib. Setelah semua diabsen, pengurus danchi menyampaikan berita bahwa bulan ini ada 3 penghuni yang meninggal dunia. Tidak hanya kami, ternyata sebagian besar tetangga baru tahu berita ini. Hal yang biasa sepertinya. Tapi saya terhenyak, membayangkan kakek/nenek ini sakit sendirian, peristiwa besar sakaratul maut tak ada yang menemani. Sesak rasanya.

Begitulah mayoritas orang Jepang, kalau bisa apapun yang terjadi di rumah, jangan sampai ada tetangga yang tahu. Karena karakter mereka yang begitu tak ingin-nya mengganggu orang lain.
Memang beberapa kali saya melihat ada ambulan yang terparkir, tapi tidak tahu rumah mana yang sedang didatangi petugas kesehatan ini. Ada 70 unit apartemen di gedung ini tapi semua sepi, tidak ada suara ribut-ribut khawatir.


Saya pun mencoba mengingat dan menebak, kakek atau nenek mana yang beberapa hari ini tak terlihat. Memang ada beberapa yang sudah sangat renta, jalan tertatih dengan tongkat sekedar keluar rumah untuk mengecek kotak surat. Atau berpapasan ketika diantar jemput oleh petugas rehabilitasi lansia. Dan sering disore hari menjelang magrib, saat buru-buru pulang, saya melihat mereka duduk sendirian di taman. Dengan tatapan kosong, termenung, menghabiskan waktu.
Lagi lagi sendirian :'(.


Sedih...
Mungkin hal yang biasa disini, semua mandiri.
Bahkan seorang penderita cacat pun didesign oleh pemerintah, sedemikian rupa sehingga bisa hidup sendiri, walau dengan kursi roda. Mantap dan kuat memang pelayanan publiknya. Bahkan di danchi kami, ada unit khusus orang cacat dilantai 1 yang pintu rumah-nya, bisa terbuka dengan tinggal pencet 1 tombol, dan biaya sewa tetap sama. Untuk hal-hal yang tidak bisa mereka lakukan sendiri, akan didatangkan khusus 1 caregiver setiap hari, lagi-lagi free, digaji oleh pemerintah. Beberapa hari dalam seminggu mereka akan dijemput dan diantar pulang kembali oleh petugas dan mobil khusus ke pusat rehabilitasi lansia.

Tapi untuk saya, ada sesuatu yang kosong di sini, yang membuat saya merasa beruntung sekali terlahir sebagai orang Indonesia. Ketika sakit, banyak yang menjenguk, membawakan makanan, minimal menanyakan kabar dan mendoakan dari jauh. Sampai-sampai dokter obgyn yang membantu saya melahirkan, terkesima ketika keluar dari ruang operasi sudah banyak sahabat saya, orang Indonesia yang menunggu di luar :'). Sesuatu yang di Indonesia adalah hal biasa padahal.

Ketika meninggal, jenazah insyaAllah akan diurus oleh kerabat, disholatkan ramai-ramai bahkan kunjungan kerumah/takziah dan ziarah kubur bisa berlanjut berminggu sampai berbulan.
Kerabat dan sahabat yang sedang jauh pun tak jarang sholat ghaib. Begini adalah mayoritas di negri kita.

Dan alhamdulillah sebagai muslim, kita punya kewajiban sholat 5 waktu, sehingga dari kecil tertanam makna waktu magrib sangat berharga sekali, tidak boleh masih berkeliaran di luar. Sholat magrib dan dilanjutkan 'golden time' bersama keluarga.

Kemudian, setiap ada WNI yang meninggal, seluruh orang Indonesia se-Jepang turun tangan.
Kita tahu bahwa untuk mengirim jenazah Jepang-Indonesia biayanya super mahal. Dan masyaAllah dalam hitungan hari, infaq bisa terkumpul hampir selalu melebihi kebutuhan. Masih teringat 1 bulan lalu, ada WNI meninggal, dan istrinya (orang Jepang) terkaget kaget ketika disampaikan bahwa semua biaya sudah tercover. Beliau berkata dengan suara lemah "bagaimana kalian (orang Indonesia) bisa melakukan ini?"

Banyak sekali yang saya kagumi dari negeri matahari terbit ini.
Dan banyak sekali yang perlu negeri khatulistiwa perbaiki.

Tapi tetap, banyak sekali alasan yang membuat saya bangga terlahir sebagai orang Indonesia.
Maju terus Indonesia, harapan itu masih ada :')

Monday, January 11, 2016

Pelajaran Gizi di Sekolah Jepang




Di Jepang para murid disediakan makan siang di Sekolah dari Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah. Tidak disediakan kantin dan tidak dibenarkan untuk jajan sembarangan diluar. Budaya makan disekolah ini sudah dimulai sejak pasca perang dunia ke dua dan berlanjut hingga saat ini. 



Walau anak saya full membawa bentou dari rumah, karena faktor kehalalan. Saya juga mendapat banyak pelajaran mengenai kebiasaan positif ini. Dimulai dari wawancara setiap orang tua mengenai makanan yang bisa memicu alergi atau tidak bisa dimakan oleh anak karena alasan lain, kemudian penjelasan mengenai cara masak, menu yang variatif dan penyediaan susu tiap hari.



Untuk TK biasanya pengadaan makanan berupa bento dengan menggunakan wadah makan lucu. Untuk pengadaan bentou ini sekolah bekerja sama dengan perusahaan yang khusus menyediakan katering bento anak TK. bisa dilihat di sini


Sedangkan SD hingga SMP dan sebagian SMA pengadaan makanan dilakukan disekolah masing-masing, dengan panduan guru ahli gizi dan bantuan beberapa tukang masak profesional. Ketika menyusun menu, ahli gizi ini sangat memerhatikan nilai dan komposisi gizi, serta menyeimbangkan pemberian nasi/tepung/kentang, ikan dan sayur-sayuran serta buah, agar anak-anak pada usia pertumbuhan mendapat asupan nutrisi yang optimal. Menu makan siang harus memenuhi 1/3 kebutuhan nutrisi harian anak, yaitu sekitar 430-450 kilokalori untuk bento TK, 600-700 kilokalori untuk anak SD. Menu harian ini juga diharapkan mencakup 1/2 kebutuhan kalsium dan dan 33-40% kebutuhan vitamin dan mineral harian. Kecukupan kalsium menjadi perhatian khusus, sebab ada kecenderungan kurang asupan kalsium di kalangan anak-anak. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan kalsium, sekotak susu hampir selalu dimasukkan ke dalam menu makan siang di sekolah. 



Berikut 6 panduan menyusun menu makan siang anak di Sekolah Jepang 





1. Harus bervariasi. Jenis hidangan berganti-ganti setiap hari, agar anak mendapat pengalaman makan yang bermacam-macam, tidak bosan dan mendapat nutrisi lengkap. Menu makan siang juga memasukkan sayur dan buah-buah yang sedang musim saat itu.

2. Buatan sendiri, lezat dan aman. Umumnya saat masak menggunakan kaldu dari tulang ayam atau sapi, bukan kaldu bubuk atau penyedap rasa. Serta tidak membubuhkan terlalu banyak gula atau garam ke masakan. Anak-anak dibiasakan pada rasa alami makanan, keuntungan memasak sendiri adalah bahan makanan lebih terkontrol, sehingga hidangan lebih sehat dan aman. Untuk alasan keamanan pula, makanan di sekolah selalu dimasak pada hari yang sama ketika bahan makanan dibeli. Dan, bebas dari makanan mentah, seperti sushi dan sashimi.

3. Menghindari penyakit degeneratif. Berbagai penyakit gaya hidup, menyerang sejak usia dini. Para ahli kesehatan di Jepang meyakini, jika anak terlalu banyak dan terlalu sering makan sumber lemak hewani (daging sapi, kambing, babi, ayam, dan lain-lain), kadar kolesterol di tubuh meningkat, menambah risiko penebalan pembuluh darah. Meski ikan termasuk hewan, namun kadar kolesterolnya rendah, berkat kandungan DHA (Docosahexaenoic acid) dan EPA (Eicosapentaenoic acid). 

DHA berfungsi melancarkan aliran darah dan meningkatkan aktivitas otak. EPA menetralisir lemak dan melancarkan aliran darah. Itu sebabnya anak-anak di Jepang diwajibkan banyak makan ikan, terutama ikan perairan dalam atau blue fish seperti sardin, makarel, tuna, salmon dan lain-lain. 

Konsumsi garam dan gula juga dibatasi untuk menghindari penyakit tekanan darah tinggi dan diabetes. Sebaliknya, sumber serat seperti rumput laut, jamur, sayuran dan polong-polongan, dipastikan selalu ada dalam menu makan siang.   

4. Tekstur mudah dikunyah. Ini untuk melatih keterampilan mengunyah anak-anak. Mengunyah dengan benar, membantu pertumbuhan dagu dan gigi-geligi, mencegah gigi berlubang, mencegah makan berlebihan dan obesitas. Juga, diyakini dapat menstimulasi dan membantu otak bekerja lebih baik.

5. Menghargai budaya makan tradisional. Bangsa Jepang kaya akan makanan tradisional yang sehat, yang telah ribuan tahun diwariskan dari generasi ke generasi, seperti okara (sejenis polong-polongan), rumput laut jenis konyaku, hijiki,  dan ikan kecil seperti bonito kering. 

6. Menikmati makan siang dengan sopan. Tidak sekadar makan, makan di sekolah juga mengajarkan anak mematuhi tata tertib makan atau table manner, agar tidak mengganggu anak lain

Salah satu cara membuat anak tertarik pada makanan adalah dengan melibatkan mereka dalam proses menyiapkan acara makan tersebut. Itu sebabnya, sekolah di Jepang menugaskan anak-anak bergiliran dibagi menjadi beberapa kelompok menjadi school lunch duty. Ada kelompok yang bertugas menyiapkan dan mengelap meja, menyiapkan piring dan mangkuk, dan kelompok favorit adalah yang  berseragam mirip koki dan bertugas mendistribusikan makanan untuk teman-temannya. Untuk anak saya pengalaman dan kepercayaan ini sungguh meyenangkan :)






sumber


http://www.nier.go.jp/English/EducationInJapan/Education_in_Japan/Education_in_Japan_files/201303SLP.pdf


http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/gizi.kesehatan/balita/6.makan.siang.sehat.ala.jepang/001/001/1666/2

Monday, January 4, 2016

Mengenal Istilah Dosis Lebih Tepat

Sering sekali kita berbicara atau mendengar tentang dosis. Dalam hal ini paling sering yang berkaitan dengan obat. Tetapi terkadang pengertian yang berkembang di masyarakat kurang tepat. Misalnya :
Anggapan bahwa dokter luar negeri kalau memberi obat, dosisnya rendah sehingga aman. Sedangkan dokter Indonesia dianggap sering memberi obat dengan dosis tinggi. Akibatnya tak jarang ada orang Indonesia berdomisili di luar negeri yang meminta ransum obat dari dokter Jepang ketika hendak berkunjung ke Indonesia hanya untuk persiapan kalau nanti sakit di Indonesia, karena kekhawatiran kelebihan dosis jika berobat dengan dokter Indonesia.
Ukuran obat yang kecil dan imut bermakna dosis kecil.
Resep yang diberi dokter spesialis dosisnya lebih tinggi daripada dokter umum.

Benarkah demikian?

Sebenarnya apakah pengertian dosis itu?

Apakah ukuran dan bentuk obat menentukan?

Apakah dokter umum dan spesialis memiliki takaran dosis yang berbeda, lalu bagaimana jika beda negara?

Mari kita cermati bersama-sama, agar pasien dan dokter memiliki pemahaman yang sama mengenai istilah 'dosis' ini.

Definisi dosis menurut kamus besar bahasa Indonesia atau KBBI adalah :

(1) Takaran obat untuk sekali pakai (dimakan, diminum, disuntikkan, dan lain sebagainya) dalam jangka waktu tertentu.

Contohnya, pasien itu pingsan karena menelan pil melebihi dosis yang ditentukan oleh dokter;

(2) Ukuran pengobatan yang harus diberikan untuk jangka waktu tertentu (contoh radiasi atau penyinaran pada daerah atau bagian tubuh tertentu);

(3) Definisi dalam fisika jumlah energi atau tenaga yang diberikan oleh zarah pengion kepada suatu satuan massa bahan yang disinari atau diradiasi pada tempat yang diselidiki atau diminati.

Dosis adalah takaran atau ukuran suatu obat secara individual perkali atau perhari. Dengan demikian, dosis suatu obat yang sejenis haruslah tetap sama, baik dokter umum ataupun dokter spesialis yang mengobati di desa, pelosok Indonesia ataupun megapolitan seperti Tokyo.

Sehingga pernyataan bahwa dokter Indonesia sering memberi 'dosis tinggi' dapat dikatakan kurang tepat. Jika pasien diberikan dosis tinggi atau dalam hal ini dosis berlebih dari seharusnya, maka akan berbahaya bagi pasien dan tentunya dokter pemberi resep pun akan mendapat sanksi kode etik. Hal ini sering didengar dengan istilah over dosis.

Agar lebih jelas mari memahami dengan menggunakan contoh, misalnya paracetamol, salah satu obat yang paling sering dikonsumsi dengan nama dagang P*nadol, D*colgen, S*nmol dll. Dosisnya adalah 10-15mg/kg/kali. Untuk seorang anak dengan berat badan 10 kg, anak tersebut membutuhkan paracetamol 100-150 mg sekali minum agar mendapat efek yang diharapkan misalnya sebagai antipiretik atau penurun demam.

Jika kita menganggap bahwa paracetamol harus diberikan dalam dosis kecil agar aman, misalnya hanya 50 mg, tentunya efek yang diharapkan tidak akan maksimal, bahkan tidak memberikan efek apa- apa. Apalagi jika pada kasus si anak yang sakit tetapi ibunya yang meminum obat, dengan harapan obat tersebut tersalurkan melalui ASI. Begitu juga sebaliknya jika seorang dokter memberi dosis jauh diatas 150 mg, kemungkinan akan memberi efek samping. Yang harus diyakini, seorang dokter tentu tidak akan secara sengaja membahayakan pasiennya.

Lalu bagaimana untuk kasus "beda dokter" atau bahkan "beda negara"?
Jika kita lihat definisi di atas seharusnya dosis paracetamol tetap sama.

Hal yang terkadang tidak diketahui oleh masyarakat umum adalah bahwa setiap obat memiliki batas dosis tersendiri yang setiap dokter dapat memberikan obat dengan jumlah dosis berbeda tetapi masih dalam batas yang ditetapkan. Jumlah dosis ini disesuaikan dengan jenis penyakit atau tingkat keparahannya dan juga kondisi tubuh pasien yang terkadang rentan pada efek samping suatu obat tertentu. Tidak semata-mata karena dokter luar negeri, lalu memberi dosis kecil atau karena dokter spesialis lalu memberi dosis besar.

Kedua, benarkah obat imut-imut berarti dosis kecil? Tidak terlalu memberikan efek, baik efek pengobatan ataupun efek samping? Salah satu obat imut yang pernah penulis lihat adalah kodein, efek yang bisa diharapkan adalah antitusif (menekan batuk). Dibanding obat biasa, kodein ini sediaannya kecil sekali, tetapi meskipun demikian, jika penulis ingin membeli obat ini di apotik tidak mudah dan harus memperlihatkan kartu Identitas sebagai seorang dokter. Mengapa? Karena kodein ini termasuk obat dengan lingkaran merah,artinya sejenis obat keras yang memiliki efek pengobatan yang tinggi meskipun bentuknya mini. Jadi bisa ditarik kesimpulan ukuran obat tidak berimbang dengan dosis atau takaran suatu obat.

Semoga bermanfaat. :)

dimuat di fahima.org
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/dosis#ixzz2TJlL84T5
Sumber gambar : http://info-kesehatan.net

Sunday, June 28, 2015

Back For Good


Setelah 4 tahun lebih menetap di Tokyo, Jepang, tibalah saatnya kami sekeluarga harus kembali ke negeri kelahiran. Pastinya tak mudah. Waktu itu datang baru bertiga dan hanya dengan modal keyakinan bahwa akan bisa bertahan di negeri yang huruf tulisan, bahasa, kultur dan musim yang benar benar berbeda. Intinya, dulu modal 'pede aja lah' , lain lain belakangan, hehe.

Ternyata benar kata imam Syafii 'merantaulah, kau kan dapati pengganti dari orang-orang yang kau tinggalkan, kerabat dan kawan'. Baru beberapa hari datang dan belum puas berbengong-bengong ria dengan lingkungan sekitar sudah ada sahabat sesama Indonesia yang datang kerumah, kala itu baru kenal padahal :). Diajak ke pengajian rutin ibu-ibu Ayase dan ikut serta dalam pembentukan TPA Hikari, yang kisahnya bisa dibaca disini. Benar-benar serasa hidup dinegeri sendiri, ternyata di Tokyo, khususnya Ayase orang Indonesianya ramai dan baik-baik. Alhamdulillah.

Sehingga semua urusan menjadi mudah. Ditunjukkan supermarket Belx yang murah meriah, terutama hari selasa (serba 88 yen), diberi banyak kenalan, jadi barang-barang rumah tangga kebanyakan turunan, dibantu mengurus sekolah Fahira, ditemani ketika diawal harus ke klinik dan puncaknya ketika melahirkan Fahri, saya yang panik karena tekanan darah melonjak tinggi dan harus operasi segera, cuma disuruh tenang dan duduk manis, karena yang lain sudah ada yang mengurus, termasuk masalah makanan Fahira dan Abi serta urusan TK. Begitu juga ketika Fahri (ketika usia 1,5 bulan harus dirawat di RS karena insfeksi RSV), doa, bantuan dan kunjungan tak berhenti. Masyaa Allah.

Selain itu Alhamdulillah tak perlu waktu lama, begitu datang ke Jepang langsung dapat kelompok melingkar penstabil jiwa alias tarbiyah :). Kemudian juga  ikut merasakan semangat berorganisasi dan kepanitiaan dengan bergabung di Fahima dan KMII, yang terasa ada yang kurang kalau dalam seminggu tidak ada rapat online, hehe. Masih terbayang serunya persiapan-persiapan untuk acara-acara di Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), datang lebih pagi dengan bawaan yang super banyak dan dijalan, dalam kereta atau bus masih sibuk menyimak grup panitia di Line atau whats app. (Untuk sahabat fahima-KMII semoga Allah mudahkan program-program untuk umat selanjutnya). Dan keberuntungan yang lain adalah bisa mendengar langsung tausyiah, taujih dari ustad-ustadzah istimewa yang luas ilmu dan padat agendanya ketika di Indonesia.

-----

Terlalu manis untuk dilupakan, dan menjadi berat untuk ditinggalkan. Itulah yang kami rasakan dibulan dan mingu terakhir sebelum pulang. Semua yang biasa menjadi lebih bermakna, dimulai dari menjadi selalu mellow ketika perjalanan rumah-stasiun, status-status lebay di facebook ;p, memori iphone yang cepat penuh dengan foto-foto  peristiwa dan benda-benda sekitar, dimulai dari foto berbagai sudut rumah, bahkan bunga dipekarangannya >_<, klinik dokter anak langganan, TK dan SD si Kakak, kegiatan Fahira bersama teman-temannya, supermarket dan banyak spot yang lainnya. 

Agenda pun menjadi padat, dimulai dari packing yang tak kunjung selesai, walau sudah dicicil dari 6 bulan sebelumnya (whats? :D). Juga makin banyak kunjungan dan undangan perpisahan untuk kami, baik dari professor, senior dan teman-teman kampus suami, para tetangga Jepang, juga dari sahabat termasuk grup pakistan -smile-, dan kelompok pengajian serta organisasi. Meleleh, begitu banyak perhatian, limpahan kasih sayang, doa-doa yang dipanjatkan juga hadiah-hadiah yang diberikan serta dikirimkan. Padahal, selama ini justru kami lah yang banyak merepotkan ;'(.

Begitu juga dengan kakak Fahira, diakhir-akhir sekolah mendapat momen khusus dari guru, misal ada slot khusus foto bersama sekelas, menjadi pemeran utama saat pelajaran memasak kacang dan beberapa kegiatan lain. fahira juga banyak sekali mendapat surat perpisahan, hadiah dan foto dari Sekolah, tetangga dan teman-teman, baik teman Jepang maupun Indonesia.

Atas izin Allah bantuan selalu datang dari orang-orang pilihan, ketika memindahkan barang-barang besar terasa ringan karena dibantu trio pulmo aksis Hiroshima-Juntendo, duo Ooyata danchi plus duo Romeo Juliet :D. Bahkan di hari H saat harus meninggalkan rumah, (jujur walau sejak menikah kami sangat sering pindah, lebih dari 15 kali kayaknya, proses mengunci pintu terakhir unit 503 ini adalah momen paling berat), tak diduga bala bantuan datang lagi tanpa diminta. Membantu membereskan rumah, tetangga philipine yang bersedia dititipkan sampah yang banyak karena hari itu bukan jadwal membuang sampah, bantuan urusan serah terima kunci sampai mengantarkan ke hotel dekat bandara Narita. Speechless, Semoga Allah membalas kebaikan sahabat semua ;'(. 

Mengutip status facebook Abu Fahri : 

Semua orang-orang baik yang pernah berinteraksi dengan kami, mereka tidak pernah pergi dari hati kami.
Selamanya mereka ada dalam hati kami.
Sungguh kami mohon maaf jika kepergian kami terasa berat buat mereka. Berpisah dengan orang-orang baik itu terasa berat. Amat berat buat kami.
Sungguh, kami boleh saja tergantikan oleh orang-orang yang lebih baik dari kami. Namun percayalah, orang-orang baik ini tidak pernah tergantikan buat kami.

Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah mencintaimu yang telah mencintaiku karena-Nya)